Seni Budaya – Nusalontar.com
Beberapa orang hadir dalam hidup kita dengan cara yang unik. Sebagian lagi dengan cara yang aneh, tiba-tiba saja sudah melingkupi hidup kita. Sisanya adalah orang yang sudah sejak awal ada bersama atau berada dalam lingkaran kehidupan kita.
Seperti malam ini, tiba-tiba saja saya saya bisa ngobrol dengan maestro musik Indonesia asal NTT, Flores, Manggarai, Ivan Nestorman, pelantun tembang Mogi yang sangat kesohor itu. Terkait ini, saya harus berterima kasih pada Ubas dan adik ketemu gede-nya: Alwyn.
Ubas adalah Master Psikososial yang kini sedang bekerja di Yayasan Donders, Sumba Barat Daya. Selain itu Ubas juga nyambi jadi fotografer. Sedangkan Alwyn adalah sarjana Sastra Inggris yang juga bekerja di tempat yang sama, sambil menyisihkan waktu untuk bikin konten Youtube, juga ‘main-main’ dengan fotografi.
Di Donders, salah satu bidang pekerjaan Ubas dan Alwyn adalah berjumpa dengan kelompok-kelompok masyarakat, termasuk masyarakat adat. Di sanalah rupanya, mereka berjumpa dan mengenal Ivan Nestorman. Berkat mereka berdua saya bisa ngobrol ngalor-ngidul (Jawa), ghawa-ghele (Lio), zau-reta (Ende) ke lao ke dara (Flotim), dengan abang Ivan.
Saya dan Ka’e (Ende: kakak) Ivan ngobrol hampir satu jam. Awalnya hendak wawancara soal lagu NTT The Ring of Beauty, lagu yang baru saja dirilisnya bersama beberapa musisi NTT. Eh, malah obrolannya melebar ke mana-mana. Mulai dari membahas sastra (Ka’e Ivan adalah penyuka sastra, pernah belajar Sastra Inggris, sedangkan saya kuliah Teologi Sistematik tapi gelarnya Sarjana Sastra – pas sudah), literasi, budaya, pariwisata, hingga politik. Ka’e Ivan ternyata teman ngobrol yang menyenangkan.
Jujur, saya bukan penggemar lagu-lagunya Ivan. Mungkin karena Ivan mengawali karier musiknya di genre Jazz, aliran musik yang sama sekali saya tidak bisa pahami, sedangkan saya adalah penikmat musiknya Leola Drakel, Tony Parera, Pance Podag, pokoknya sejenis itu; gak nyambung kan?
Bagaimana mungkin saya menikmati musik jazz jika referensi penyanyi yang saya miliki seperti itu? Lagipula, menurut saya lebih mudah memahami perasaan ‘mantan’ ketimbang mengerti alur harmonisasi jenis musik ini (jazz). Ribet, persis jalan pikiran para politisi yang sudah menjelma jadi koruptor.
Tapi, dengan kejujuran yang sama saya harus akui bahwa saya adalah pengagumnya Kraeng (Manggarai: tetua) Ivan. Pengagum berat, malah. Salah satu hal yang amat saya kagumi adalah semangatnya yang amat besar untuk menularkan inspirasi dan kreatifitas bermusik kepada anak-anak muda. Bagi saya, Ivan adalah ‘musisi alternatif’. Ivan selalu berusaha memilih sekian banyak alternatif yang justru jarang, bahkan tidak dilirik oleh musisi sekelas dia.
Pada Ivan dan lagu-lagunya kita bisa menemukan bagaimana kesederhanaan bisa menjadi kekuatan, kualitas bisa ditemukan dalam ke-remeh – temeh-an, kemewahan bisa dijumpai dalam tradisionalitas, juga cinta pada negeri yang mengalir tanpa batas dan ditunjukan dengan cara-cara sederhana tapi elegan.
Menurut musisi yang telah melanglang ke seantero dunia ini, lagu ‘NTT the Ring Of Beauty’ adalah gambaran cintanya pada NTT, pada kebudayaannya, pada alamnya yang indah, pada bahasanya yang majemuk, pada segala yang dimiliki propinsi ini. Ibarat gadis eksotis, NTT itu unik dan gemesin, bikin banyak orang tertarik dan ingin ‘menyentuhnya’. Entah menyentuh karena cinta, atau hanya sekedar menyalurkan syahwat kekuasaan ataupun hasrat bisnis semata.
Maka dari itu, kata Ivan, kita harus menjaga ‘puteri cantik’ kita ini. Menjaganya dari sentuhan tangan-tangan jahil yang ingin melecehkannya. Menjaganya dari niat jahat orang-orang yang memperkosanya. Dan lagu The Ring of Beauty adalah salah satu cara untuk membangun kesadaran itu. Membangun rasa cinta dan kepekaan kolektif untuk melindungi tanah kita dari niat jahat orang-orang yang ingin menjahilinya.
Artikel ini hanya semacam pengantar untuk mengulas kiprah Ivan di blantika musik Indonesia dan dunia. Dalam tulisan-tulisan selanjutnya, kita akan membahas apa saja yang telah dilakukan Sang Legenda, Ivan Nestorman, baik dalam bidang musik, maupun hal-hal lain yang telah dikerjakannya dengan sepenuh hati.
Joe Rhada
(Bersambung)