Kisah Pilu Kakek Damianus

Kakek Damianus Nembot (Foto: Derana.id)
Kakek Damianus Nembot (Foto: Derana.id)

NUSALONTAR.comBorong – Di tengah membanjirnya bantuan sosial dari pemerintah untuk masyarakat, ada kisah pilu datang dari Kabupaten Manggarai Timur.

Seorang kakek bernama Damianus Nembot (60), warga Dusun Tolok, Desa Lenang, Kecamatan Lamba Leda Selatan, Kabupaten Manggarai Timur, NTT, hidup tak terurus dalam keadaan sakit (stroke).

Bacaan Lainnya

Sebagaimana dituturkan Angga Epat, saudaranya, kakek Damianus mulai menderita stroke pada Maret 2020.

“Kaki kanan dan tangan kirinya mati. Tidak bisa bergerak. Akibatnya, ia tidak bisa berdiri,” ungkap Angga Epat, dikutip dari Derana.id.

Kakek Damianus mengisi hari-harinya dengan duduk dan tidur di tanah beralaskan tikar usang. Bantalnya juga terbuat dari karung bekas berisi kapuk.

Lebih menyedihkan lagi, kakek Damianus juga terpaksa buang air di tempat tidurnya lantaran tidak bisa bergerak.

Sejak menderita stroke, kisah Angga, kondisi kakek Damianus tidak terurus. Isterinya telah lama meninggal dunia. Sementara tiga anak perempuan telah bersuami, dan mereka semua tinggal jauh.

“Sejak mulai sakit hingga sekarang, kakak Damianus belum pernah diantar ke rumah sakit. Kami semua keluarga ekonomi pas-pasan. Semua petani. Mau antar kakak ini ke rumah sakit uang tidak ada. BPJS juga dia tidak punya. Makanya sampe sekarang diam begini saja. Kami tidak bisa berbuat apa-apa,” tutur Angga.

Angga mengaku, saat ini, ia bersama keluarga tidak bisa berbuat banyak untuk kesembuhan Damianus. Mereka hanya bisa membantu memberinya makan dan minum. Itu pun kalau tidak sibuk dengan pekerjaan.

“Kalau kami pergi kerja, berarti dia tunggu tetangga yang baik hati untuk bisa makan. Kalau tidak, biasanya tahan lapar,” ungkap Angga.

Lebih menyedihkan lagi, kata Angga, karena tak bisa berjalan, sang kakak membuang air besar dan kecil langsung di tikar yang ia tidur.

“Kadang keluarga membersihkan. Kadang juga kotoran itu dibiarkan jadi teman tidurnya. Sedih memang untuk diceritakan. Tapi ini sudah kenyataan hidup. Mau bilang apa. Kami menunggu keajaiban Tuhan untuk sembuhkan dia,” kata Angga.

Angga mengisahkan, sejak dulu hingga saat ini keluarga Damianus belum mendapatkan bantuan sosial (Bansos) dari pemerintah. Baik itu bantuan program keluarga harapan (PKH) maupun Sembako. Padahal sebelumnya keluarga Damianus memiliki kartu penjamin sosial (KPS) seperti penerima PKH lainnya.

Beruntungnya, di tengah Pandemi Covid-19, Damianus masuk dalam penerima BLT Dana Desa. Dana itu sedikitnya bisa membantu keberlangsungan hidup Damianus.

Angga berharap, semoga Pemerintah Kabupaten Manggarai Timur melalui dinas terkait agar memasukkan Damianus dalam daftar program PKH dan Sembako.

“Saat ini yang sangat dibutuhkan kakak Damianus adalah kursi roda tongkat. Kalau ada kursi roda dia bisa keluar dari rumah dan ke toilet. Kasian sekali setiap hari duduk dan tidur terus di tikar,” ungkap Anggga.

“Semoga saja ada orang-orang baik yang peduli dengan kakak Damianus,” sambungnya.

Angga menambahkan, dulunya sang kakak sering keluar kampung untuk membantu orang-orang sakit. Berkat kemampuannya, banyak yang sudah ia sembuhkan di Manggarai Timur dan juga daerah lainnya.

“Yang kami tahu banyak orang yang datang cari dia dan sembuh dari sakit. Banyak juga pejabat dan orang-orang besar lain yang ia sembuhkan,” tutupnya. (JR)

 

Pos terkait