OPINI – NUSALONTAR.COM
Oleh: Fr. Marianus Tubani Nainaif
Generasi milenial (Inggris: millennials) didefinisikan sebagai masyarakat muda yang lahir pada antara tahun 1980–2000, atau generasi yang sekarang berusia 21 sampai 41 tahun. Secara mayoritas, generasi ini terdiri dari mahasiswa yang sekarang berkuliah, keluarga muda, dan para eksekutif muda. Umumnya mereka belum memegang peran atau tanggung jawab sebagai decision makers (pengambil keputusan) tetapi kurang sabar untuk mengubah dunia yang mereka rasa sedang hancur oleh ulah generasi-generasi sebelumnya.
Generasi ini lahir tepat pada perkembangan dunia yang makin pesat dan modern. Dalam perkembangan inilah manusia milenial terjebak dalam cara memandang Tuhan sebagai alfa dan omega dalam hidup. Ini suatu problem tentang bagaimana persepsi milenial terhadap Tuhan dan semua ciptaan. Karena banyak di antara iman modern tidak menghargai nilai dari sesuatu. Maka mata manusia milenial perlu dibenahi agar dapat melihat Tuhan dalam realitas dan menemukan Tuhan dalam bentuk yang berwujud.
Ajaran Vedanta tentang Tuhan
Dalam menjawabi cara pandang manusia milenial terhadap Tuhan maka di sini dihadirkan sebuah ajaran dari Filsafat Hindu sebagai warisan yang mampu mengubah mata milenial dalam memandang Tuhan. Vedanta adalah salah satu ajaran Filsafat Hindu yang turut mempengaruhi Vivekananda seorang Hindu pertama yang datang ke Barat.
Vedanta mempunyai tema atau cara pandang untuk melihat Tuhan dalam segala sifat dan hakekatnya, yang bermakna kita sebagai mahluk ciptaan-Nya harus mengakui Tuhan itu ada dalam segala hal, tempat, waktu dan segala-galanya yang manusia alami. Tuhan itu sebenarnya bersifat impersonal yaitu bersifat universal atau menyeluruh, tidak memihak pada satu hal apapun, hanyalah manusia yang memiliki sifat personal yaitu sifat-sifat yang menyendiri atau individual.
Dalam Vedanta mengatakan “tidak ada sesuatupun yang bukan tuhan”, itu berarti bahwa di setiap mahluk hidup dan benda yang ada dalam alan semesta mempunyai unsur ketuhanan, jadi bagaimanapun kita harus menghormati dan mengasihi semua yang ada di alam semesta ini. Satu-satunya Tuhan yang dapat dipuja di dunia ini adalah manusia itu sendiri, jadi secara tidak langsung konsep ini menganut konsep Saguna Brahman yang mengatakan Tuhan ini dapat diwujudkan, atau dapat disimboliskan menjadi benda berwujud materi dan maka tidak salah jika kita menghormati orang tua seperti halnya Tuhan yang ada didunia, karena orang tua kita bisa lahir di dunia, dan vedanta mengatakan “jika engkau tak bisa memuja Tuhan dalam bentuk maka tidak ada gunanya lagi memuja yang lain”.
Selain itu vedanta juga menuturkan bahwa “manusia mempunyai jalannya sendiri, tetapi jalan tersebut bukanlah suatu tujuan manusia,” tujuan manusia adalah Moksa, yang berarti suatu kelepasan, yaitu lepasnya atman dari semua ikatan keduniawian, dan dari karma wasana yang mereka punya.
Semua kegiatan pemujaan terhadap Tuhan ,yang mengatakan Tuhan ada dimana-man itu tidaklah salah kerena dalam Vedanta dikatakan “Ia yang engkau puja sebagai sesuatu yang tidak engkau ketahui, aku puja waktu, Engkau hidup melalui-Nya dan Ia adalah saksi abadi dari jagat raya ini, Ia yang dipuja oleh semua weda ,Ia yang selalu ada sebagai yang abadi, Ia ada di seluruh jagat raya yang ada, Ia adalah cahaya dan kehidupan di jagat raya ini, jika “AKU” tidak ada dalam dirimu, maka engkau tidak akan bisa melihat matahari, semuanya akan menjadi gelap, jika Ia bersinar maka anda akan melihat dunia”.
Dalam penuturan tersebut dikatakan betapa besar kemahakuasaan Tuhan, Ia ada dalam seluruh dimensi, di setiap diri manusia dan semua unsur yang ada di alam semesta, Ia mencakup segalanya. Maka tidaklah salah jika didalam diri manusia terdapat Tuhan, seperti yang dikatakan oleh Svami vivekananda di setiap diri manusia terdapat Tuhan itu sendiri.
Manusia milenial perlu melihat realitas sebagai Tuhan yang ada yang berwujud dan yang bermateri. Karena melihat Tuhan tanpa wujud sama halnya dengan melihat yang tidak kelihatan, melihat kekosongan. Di sini dimaksudkan bahwa semua satuan entitas actual adalah Tuhan termasuk alam semesta, manusia dan semua ciptaan. Itulah Tuhan yang berwujud, yang bermateri.
Ajaran Vedanta ini menjadi suatu rujukan untuk manusia milenial lebih lihai dalam mengasah mata spiritualnya agar Tuhan yang diimani pun dapat dirasakan melalui benda-benda berwujud yang terlihat sebagai satuan ciptaan. Maka sebelum melihat Tuhan yang tidak kelihatan manusia perlu melihat bahwa dirinya adalah Tuhan itu sendiri dan semua yang berwujud, semua ciptaan, yang bermateri pun adalah Tuhan itu sendiri.*