ENDE – Setelah dirintis sejak tahun 2017, Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ‘Alokoja Sia’ Kelitembu akhirnya diresmikan oleh Camat Wewaria pada Jumat, 19 November 2021.
PKBM ‘Alokoja Sia’ dirintis oleh Yohanes Borgias Riga karena terdorong oleh kerinduan untuk memberdayakan masyarakat, terutama kaum muda di Desa Kelitembu, agar bisa bersaing.
Atas dasar kerinduan itu, PKBM ‘Alokoja Sia’ Kelitembu bertumbuh dan berkembang dengan orientasi pada proses pembelajaran berbasis kebutuhan dan potensi kearifan lokal yang ada, di samping peningkatan kompetensi melalui pelatihan dan kursus.
Hal itu sejalan dengan gelora literasi berbasis masyarakat yang terus digaungkan. Literasi berbasis masyarakat adalah salah satu ruang pendidikan non-formal yang terus digaungkan di tengah animo peningkatan sumber daya masyarakat, inovasi, kreativitas, kompetensi, keterampilan, kemandirian dan daya saing.
Terdorong oleh spirit pemberdayaan masyarakat itulah Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) ‘Alokoja Sia’, di Desa Kelitembu, Kecamatan Wewaria, Kabupaten Ende, Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) didirikan.
Pengelola PKBM ‘Alokoja Sia’ Kelitembu, Yohanes Borgias Riga mengatakan bahwa PKBM merupakan sebuah kerinduan lama yang akhirnya terwujud.
“Ini suatu kerinduan yang akhirnya terwujud. Salah satu spirit yang mendorong hadirnya PKBM ini yakni masih minimnya kompetensi kaum muda dan masyarakat untuk berdaya saing melalui berbagai pelatihan keterampilan, kursus maupun karya-karya dari potensi lokal yang ada. Ada potensi sumber daya masyarakat dan kearifan lokal yang perlu kita kembangkan dan hidupi bersama melalui PKBM ini,” ungkap Yos dalam acara peresmian PKBM ‘Alokoja Sia’ yang dirintisnya.
Generasi muda saat ini, sambung Yos, harus dibekali dengan kemampuan pengetahuan dan keterampilan agar menyeimbangi perkembangan yang semakin laju di semua sektor. Untuk itu PKBM merupakan tempat bagi masyarakat untuk belajar, mengasah keterampilan, serta mengembangkan diri. Dengan mengusung visi mewujudkan masyarakat yang berwawasan, berkarakter, modern dan produktif, berbagai program telah disiapkan oleh PKBM ‘Alokoja Sia’, yakni, Program Paket A, B dan C, Kursus Bahasa Inggris, Kursus Komputer, dan Kursus Musik.
Yos juga menyinggung soal upaya penyetaraan pendidikan lewat PKBM sehingga peserta didik dapat memperoleh ijazah Paket A, Paket B dan Paket C sesuai standar pendidikan (akreditasi) yang dikeluarkan Badan Akreditasi Nasional (BAN).
“Melalui PKBM ini, kita terus mendorong semangat literasi yakni ruang belajar bersama, termasuk menyiapkan kesempatan untuk kursus komputer dan berbagai program pelatihan. Mohon dukungan dan kerjasama semua pihak agar PKBM ini dapat menjadi wadah belajar bagi kita semua,” ajak Yos sambil mendorong kampung literasi di masing-masing Desa.
Kepada NUSALONTAR.COM, usai peresmian PKBM ‘Alokoja Sia’ oleh Camat Wewaria, Maximus Sensi, Yos Borgias menuturkan keprihatinannya akan kondisi riil yang ada di kampung halamannya itu.
“Kami di sini boleh dibilang terbelakang. Jaringan internet masih susah. Masyarakat kebanyakan petani kecil sehingga tidak punya cukup punya biaya untuk menyekolahkan anak ke pendidikan tinggi. Bahkan untuk biaya sekolah ke jenjang SMA saja masih sulit,” tutur guru Bahasa Inggris di SMA St. Petrus Ende itu.
Sebagai generasi muda, Yos tak ingin berpangku tangan melihat kondisi yang ada. Dengan segenap kemampuan yang dimilikinya, Yos berjuang membantu kaum muda yang ada di kampung halamannya itu.
“Saya ingin anak-anak muda di Desa Kelitembu dan desa sekitarnya punya kompetensi dan bisa bersaing. Dalam semangat itulah saya bangun PKBM ini,” ucapnya.
Yos berharap, warga Desa Kelitembu, maupun desa-desa sekitar bisa memanfaatkan PKBM ini dengan baik.
“Semoga kehadiran PKBM Alokoja Sia ini bisa dimanfaatkan sebaik mungkin dan berguna untuk masyarakat Desa Kelitembu dan desa-desa sekitar,” tandasnya.
Dukungan Berbagai Pihak
Pejabat yang mewakili Kepala Desa Kelitembu, Fransiskus Xaverius Embu Laka, dalam sambutan singkatnya mengatakan bahwa PKBM merupakan sekolah kehidupan.
“Belajar dan mengajar bukan semata soal membaca dan menulis, tetapi terutama karena kita mampu mengajarkan apa yang kita hidupi yakni nilai-nilai kearifan lokal. Tentu kita butuh tindakan nyata di balik seremoni hari ini,” kata Francis.
Francis menegaskan bahwa spirit dasar hadirnya PKBM ‘Alokoja Sia’ Kelitembu yakni memanusiakan manusia.
“PKBM ‘Alokoja Sia’ Kelitembu harus didukung dengan kerjasama semua pihak termasuk pemerintah Desa yang tentu ini menjadi salah satu potensi yang dapat diakomodir lewat pintu Badan Usaha Milik Desa (BUMDes),” harap tokoh muda Wewaria ini.
Hal senada ditegaskan Camat Wewaria, Maximus Sensi yang menjelaskan tiga kategori pendidikan yakni pendidikan informal, pendidikan formal dan pendidikan non-formal.
“Prinsipnya, PKBM harus menjadi wadah meningkatkan wawasan masa depan berasaskan masyarakat dan pendidikan; menjadi wadah pertemuan antara kebutuhan dan proses pembelajaran; dari masyarakat, oleh masyarakat dan untuk masyarakat,” kata Camat Maximus.
Camat mengatakan bahwa sasaran pendidikan non-formal harus mengarah pada kemandirian dan daya saing sesuai tuntutan zaman dan tingkat kebutuhan masyarakat.
“Kita punya banyak potensi yang bisa dimanfaatkan sehingga berdampak pada nilai jual secara ekonomis. Mari mendukung kehadiran PKBM ini dengan karya-karya nyata,” harap Camat Maximus yang langsung meresmikan PKBM ‘Alokoja Sia’ Kelitembu lewat seremoni pengguntingan pita.
Pada kesempatan itu pihak Kampus Universitas Flores (Unflor) Ende dari Program Studi (Prodi) Bahasa dan Sastra Indonesia (PBSI) yang turut hadir, menyerahkan beberapa buku dari dari berbagai sumber untuk mendukung program literasi PKBM.
“Secara lembaga, Kampus Unflor siap berkolaborasi dan bekerjasama untuk membantu mewujudkan apa yang menjadi program-program produktif PKBM,” ujar perwakilan dari pihak Unflor. (Jodu/JR)