JAKARTA – Anggota Komisi IV DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema, S.IP, M.Si bekerja sama dengan Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian (Balitbangtan) Kementerian Pertanian (Kementan) RI memberikan bantuan sebesar Rp1.000.000.000 (Satu Milyar Rupiah) untuk pengembangan benih unggul di Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT). Tiga daerah dan komoditas yang dikembangkan di NTT adalah Kabupaten Timor Tengah Selatan (bawang putih), Kabupaten Sumba Barat Daya (padi), dan Kabupaten Malaka (jagung).
“Anggaran Satu Miliar Rupiah tersebut digunakan untuk memproduksi benih bawang putih, padi dan jagung dengan menerapkan standar perbenihan, mendukung padat karya bimbingan teknis (bimtek) kepada petani, pengadaan pupuk, pendampingan teknologi benih dan membuat lahan percontohan. Jadi petani tidak hanya diberikan benih, namun mendapat pendampingan berkelanjutan,” ujar politisi muda PDI Perjuangan yang akrab dipanggil Ansy Lema di Jakarta, Kamis (01/7/2021).
Mengembangkan Benih Unggul Berkualitas
Untuk memperlancar kegiatan pengembangan benih, Ansy didukung oleh Badan Pengkajian Teknologi Pertanian (BPTP) NTT yang merupakan bagian dari Balitbangtan Kementan. Sebelum memberi bantuan, ia telah berdiskusi dengan BPTP NTT untuk menentukan benih komoditas yang mencerminkan karakter lokal dan menjawab kebutuhan NTT saat ini. Ia mendengarkan paparan riset dan inovasi perbenihan dari BPTP untuk dikembangkan di daerah-daerah penerima.
“Setelah berdiskusi dengan BPTP, saya memutuskan untuk fokus pada pengembangan tiga benih komoditas, yakni padi, jagung, dan bawang putih. Saya berharap, melalui pengembangan benih ini, para petani di NTT semakin mudah mendapat benih unggul berkualitas untuk meningkatkan produktivitas pangan,” papar Ansy.
Ansy menceritakan, pada Kamis (13/05/2021) setelah badai Seroja, ia bersama BPTP telah menyerahkan 650 benih jagung Lamuru Label Ungu kepada lima kelompok tani di Kabupaten Malaka. Setiap kelompok mendapat 130 kg. Jenis Lamuru Label Ungu merupakan inovasi BPTP yang cocok ditanam di wilayah dengan kondisi lahan maupun iklim kering seperti NTT, karena tidak membutuhkan banyak air (curah hujan).
“Selain itu, Lamuru Label Ungu memiliki potensi produksi yang lebih tinggi (5-6 ton/ha) daripada varietas lokal lainnya yang hanya menghasilkan 2 ton/ha. Tidak hanya cocok, jenis jagung ini dapat meningkatkan produktivitas hasil pertanian, khususnya komoditi jagung di Malaka,” lanjut Ansy.
Untuk pengembangan benih padi, Ansy sangat mendukung inovasi BPTP untuk mengembangkan jenis Padi Inpari Nutri Zinc kepada empat kelompok tani (luas lahan 25 hektar) di Kabupaten Sumba Barat Daya. Alasannya, Padi Inpari Nutri Zinc adalah hasil inovasi BPTP yang khusus ditujukan untuk mengurangi stunting. NTT menempati urutan ketiga stunting nasional, karena itu Padi Inpari Nutri Zinc sangat cocok menjawab permasalahan NTT saat ini.
“Saya mendorong agar BPTP mengembangkan jenis Padi Inpari Nutri Zinch dikembangkan di Kabupaten Sumba Barat Daya. Karena kandungan gizinya menghasilkan ratusan enzim yang berfungsi menyembuhkan luka, sintesa protein, menjaga kesuburuan, dan terutama meningkatkan daya tahan dan kesehatan tubuh melawan serangan stunting,” kata Ansy.
Benih Bawang Putih
Dalam rapat di Senayan, Ansy mengaku sering mendesak Balitbangtan agar menghasilkan berbagai inovasi benih unggul berkualitas untuk mendukung diversifikasi dan peningkatan produktivitas pangan. Secara khusus, ia mendukung upaya mengangkat potensi pengembangan bawah putih di pedalaman pulau Timor, yakni Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) dan Kabupaten Timor Tengah Selatan (TTS). Karena pengembangan bawah putih di pedalaman Timor sebagai bentuk kontribusi konkret menekan ketergantungan pada impor.
“Bantuan benih bawang putih ini bermula dari aspirasi petani di TTS pada Minggu, (02/08/2020), yang menunjukkan hasil panen bawang putih dari kebunnya, dan menceritakan potensinya kepada saya. Kamis (26/08/2020), saya membawa sampel bawang putih dari TTS dan menunjukannya dalam Rapat Kerja (Raker) bersama Menteri Pertanian Syahrul Yasin Limpo. Syukurlah, Kementan menyujui pemaparan saya dengan memberikan bantuan ini,” ujar Ansy.
Menurut Ansy, Indonesia sangat menggantungkan diri pada produksi bawang putih impor. Berdasarkan data BPS, rata-rata luas area tanam bawang putih di Indonesia dalam 5 tahun terakhir (2014-2018) adalah 2.807,8 hektar dengan rata-rata produksi sebesar 23.429,8 ton per tahun. Sementara itu, kebutuhan konsumsi bawang putih dalam negerinya per tahun mencapai kisaran 500.000 ton. Artinya, terjadi defisit produksi, sehingga pasokan bawang putih dalam negeri dipenuhi dari aktivitas impor.
“Mengapa tidak dikembangkan di TTS, padahal memiliki potensi yang sangat besar? Ini adalah upaya konkret untuk mengurangi impor, bahkan suatu saat Indonesia harus berdaulat dalam bawang putih. Saya berharap daerah pedalaman Timor menjadi salah satu sentra pengembangan bawang putih di Indonesia,” tegas Ansy.
Akhirnya, Ansy mengucapkan terima kasih kepada Kementan, terutama kepada Balitbangtan dan BPTP NTT, Dinas Kabupaten Malaka, TTS, dan Sumba Barat Daya yang mengurus semua persyaratan teknis sehingga bantuan pengembangan benih unggul tersebut dapat terlaksana. Ia berkomitmen mengawasi pelaksanaan di lapangan agar dieksekusi dengan baik dan bermanfaat bagi peningkatan produktivitas pangan petani. (JR/Tim)