NUSALONTAR.com – Ende – Puluhan penumpang yang berasal dari tiga desa di kecamatan Ndona, yakni Desa Wolokota, Desa Kekasewa, Desa Nila, terpaksa menunda perjalanan lantaran cuaca buruk.
Para penumpang dari tiga desa itu mau tidak mau harus menunggu di pelabuhan mini Bita Beach Ende, kapan perahu motor yang akan mereka tumpangi bisa beroperasi.
Untuk menjangkau tiga desa tersebut, masyarakat hanya bisa menggunakan perahu motor. Maka pada musim-musim seperti ini masyarakat akan mengalami kesulitan untuk datang ke kota ataupun sebaliknya, ketika hendak pulang ke kampung dari kota Ende alat transportasi yang akan mereka tumpangi tidak bisa beroperasi normal karena cuaca yang tidak menentu.
Kepada NUSALONTAR salah seorang warga dari Desa Nila mengeluhkan kondisi mereka. “Sudah puluhan tahun kami rasakan situasi sperti ini. Ketika cuaca buruk dan perahu motor tidak bisa jalan, kami susah sekali. Kami mau pulang tidak bisa, sementara di sana ada keluarga yang menanti kami pulang karena kami ke kota untuk beli kebutuhan rumah tangga. Pemerintah tolong lihat kami juga ko,” curhatnya dengan wajah memelas.
Warga lainnya menambahkan, “Kami ini orang kampung pak, hidup kami sudah susah, coba kalau kami sendiri bisa kerja jalan dari sini (kota Ende, red) ke kampung, kami tidak akan berharap pemerintah yang bangun pak. Tapi karena kami tidak punya uang dan pemerintah yang punya banyak uang makanya kami minta tolong untuk bantu kami pak”.
Pantauan media ini, puluhan penumpang yang terdiri dari orang tua dan anak-anak terpaksa berdesakan di tempat tunggu pada Pelabuhan Mini Bita Beach. Meskipun hujan dan dingin tapi mereka tampak tetap sabar menanti cuaca membaik supaya perahu motor yang akan mereka tumpangi bisa beroperasi.
Mateus Tiga (46), salah satu kru perahu motor mengatakan, “Hujan deras serta angin seperti ini, terpaksa kami harus menunda keberangkatan, karena bisa jadi bahaya kalau dipaksakan untuk berangkat. Kasihan juga kalau ada anak-anak, atau ibu hamil. Hari ini ada juga guru dan petugas kesehatan yang hendak ke desa. Tapi kita tak bisa paksa untuk jalan dengan kondisi seperti ini,” keluhnya.
Senada, Syarifudin, salah satu kru perahu motor Barokah menuturkan, “Syukur-syukur jika tidak ada gelombang laut, jika ada gelombang besar, selain basah, nyawa taruhannya”.
Perjalanan ke tiga desa itu memang hanya ditempuh dalam tempo kurang lebih dua sampai tiga jam. Namun karena perahu motor yang digunakan ukurannya kecil maka akan sangat berbahaya jika dipaksa berjalan dalam kondisi cuaca buruk. (FD/JR)