Dari Allah Menuju Kosmogoni

Fr. Maximelianus Manek Amleni

OPININUSALONTAR.COM

Oleh: Fr. Maximelianus Manek Amleni (Mahasiswa Fakultas Filsafat Unika Widya Mandira Kupang)

Bacaan Lainnya

Alam semesta merupakan suatu harmoni baik antara manusia dan seisi jagat maupun antara unsur-unsur alam yang lain. Manusia tidak mungkin tidak membutuhkan unsur lain dari alam ini demi melangsungkan hidup. Begitu pula sebaliknya dengan alam. Alam membutuhkan manusia agar mereka dapat jaminan perawatan yang baik dari manusia, sebab hanya manusia yang berbudi, memiliki pengetahuan yang cukup dan mampu bertanggung jawab atas pemeliharaan dan penggunaan alam sebagai bagian dari lingkungan hidupnya.

Dalam perspektif filosofis, semua filsuf Pra-Socrates berpendapat bahwa alam semesta bukanlah suatu khaos, suatu keadaan yang kacau-balau, melainkan suatu kosmos, suatu keadaan yang teratur. Misalnya menurut pythagoras, seluruh kenyataan di dalam dunia disusun dari bilangan-bilangan dan mewujudkan suatu keselarasan yang harmonis, yang mendamaikan hal-hal yang berlawanan, seperti antara terbatas-tidak terbatas, ganjil-genap, satu-banyak,dan lain sebagainya adalah hal-hal yang berlawanan namun membentuk suatu keharmonisan yang serasi. Juga Xenophanes melihat kesatuan sebagai asas segala kenyataan yang ada. Begitu pula dengan Parmenides yang melihat kenyataan adalah satu kesatuan.

Herakleitos, berpandangan bahwa tiap benda terdiri dari hal-hal yang berlawanan. Meskipun demikian segala sesuatu mewujudkan kesatuan yang teratur. Yang satu itu adalah banyak, sedangkan yang banyak itu adalah satu. Menurutnya musim panas ada artinya sendiri, demikian juga dengan musim dingin, dengan siang dan malam, dengan sehat dan sakit, dan lain sebagainya menunjukkan bahwa segala sesuatu justru tersusun dari ketegangan dan perlawanan.

Sementara dalam perspektif Alkitabiah, Kitab Kejadian 1:1-31;2:1-7 melukiskan harmoni asal mula alam; bahwa langit dan bumi sebagai awal mula dari segala ciptaan. Sejak awal mula segalanya masih kacau. Langit dan bumi lapang-belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan hanya Roh Allah sebagai penghuni tunggal melayang-layang di atas permukaan air (Kej.1:1-2), sebab unsur-unsur alam yang lain belum terbentuk.

Kehadiran Allah di dunia awalnya dimulai dalam kisah penciptaan alam semesta. Allah menegaskan alam sebagai bentuk nyata kehadiran-nya. Perhatikanlah alam cakrawala yang terlihat di atas yang di dalamnya terlihat pula matahari, bulan, bintang dan sebagainya, demikian pula bumi dengan semua isinya baik berupa manusia, binatang, tumbuh-tumbuhan dan benda padat, adanya hubungan yang erat dengan perimbangan yang pelik yang merapikan susunan di antara alam-alam yang beraneka warna serta yang menguatkan keadaan masing-masing. Semuanya merupakan tanda dan bukti wujud kehadiran Allah. Selain menunjukkan adanya Allah, juga membuktikan ke-Esaan dan ke-mahakuasaan-Nya menciptakannya. Kiranya tidak tergambar sama sekali dalam akal pikiran siapa pun bahwa benda-benda itu terjadi tanpa ada yang menciptakan sebagaimana juga halnya tidak mungkin tergambar bahwa sesuatu ciptaan tidak ada yang membuatnya.

Bahwa adanya alam semesta dari dirinya sendiri, lepas sama sekali dari sebab, adalah suatu hal yang amat mustahil baik dipandang dari segi akal atau kejadian yang lazim. Sebabnya ialah karena adanya alam semesta dari dirinya sendiri terlepas sama sekali dari sebab-sebabnya adalah memenangkan segi adanya dan mengalahkan segi tidak adanya, tanpa bukti yang dapat digunakan untuk memenangkannya padahal memenangkan dengan cara yang demikian ini adalah mustahil sekali. Menolak sebab berarti juga mempunyai pola pikir untuk tidak mengakui bahwa ada penyebab yang menyebabkan alam semesta itu diciptakan. Dalam hal ini menegaskan alam semesta tidak ada karena dirinya sendiri melainkan ada yang menciptakannya. Untuk mengetahui siapa penciptanya tentu tidak ada yang mengetahuinya dikarenakan tidak ada yang hidup pertama dan menyaksikan alam semesta tercipta dengan sendirinya ataupun diciptakan. Alam semesta tidaklah berasal dari ketiadaan dan ketiadaan tidaklah menciptakan alam semesta darinya sendiri.

Andai kata dikatakan bahwa alam semesta ada dengan sendirinya dan terlepas dari penyebab yang mengadakannya, maka itu menegaskan bahwa alam semesta ada dengan tanpa adanya campur tangan dari pihak lain yang mengadakannya. Sungguh pemikiran ini tidaklah masuk akal, sebab alam semesta itu mempunyai sebab. Namun untuk mengetahuinya, pada awal mula peradaban manusia, dikenal dengan mitos-mitos yang menjelaskan adanya alam semesta yang diciptakan oleh dewa-dewa langit yang mempunyai kuasa tertinggi untuk mengadakan alam semesta. Kemudian dengan adanya ilmu pengetahuan, mulai dijelaskan secara ilmiah dari berbagai hasil penelitian yang menjelaskan akan alam semesta yang tercipta dari adanya unsur kimiawi dan terus mengalami perkembangan.

Yang perlu untuk dibahas terlebih dahulu adalah keberadaan alam semesta yang dikisahkan dalam mitos-mitos dan juga dari kepercayaan yang mengetahui akan mitos-mitos tersebut. alam semesta yang secara ajaib diciptakan oleh para dewa dan juga “tuhan” dalam kepercayaan agama-agama diketahui bahwa ada yang dengan kuasa dan keagungan-Nya telah menciptakan alam semesta. Ini dihasilkan dari cerita-cerita mitos yang ada dalam kitab-kitab dan juga cerita para leluhur yang mempunyai kepercayaan yang besar akan kekuatan yang besar dan mempunyai kuasa untuk menciptakan alam semesta. Cerita-cerita mitos tersebut yang disebut dalam ilmu pengetahuan sebagai kosmogoni. Untuk membuktikan kebenaran dari kosmogoni tidaklah dapat terjadi, dikarenakan tidak ada yang hadir dalam penciptaan alam semesta. Namun dengan iman dan kepercayaan penganutnya, maka yang menjadi mitos penciptaan alam semesta tidaklah menjadi kemustahilan untuk dimengerti oleh penganut kepercayaan tersebut.

Oleh karena itu, alam semesta tercipta karena adanya penggerak atau pencipta yang mempunyai kuasa dan kekuatan untuk menciptakan alam semesta beserta semua isinya. Alam semesta merupakan ada yang menegaskan Allah. Allah yang tidak terlihat indra adalah Allah yang terlihat dari ciptaan dan karya-Nya. Untuk menjelaskan Allah, manusia perlu untuk mengetahui bahwa pengetahuan dan semua yang dimilikinya diciptakan tanpa oleh Allah tanpa ia sadari bagaimana prosesnya. Itulah yang menjadi dasar bahwa Allah ada dan eksistensi-nya terbukti dari yang diciptakan-Nya. Pemikiran ini juga dipercaya oleh semua kaum beragama yang mempercayai akan adanya kekuatan besar yang mengadakan alam semesta dan itulah Tuhan. bahkan ilmu pengetahuan pun tidak dapat membantah pernyataan akan adanya penggerak yang mengatur alam semesta, karena Allah tidak bisa dipahami oleh manusia.

Pada bagian ini, kosmologi merupakan ilmu pengantar yang membantu manusia untuk mengetahui bahwa alam semesta ada karena adanya penggerak dan pencipta, namun dijelaskan berdasarkan cerita-cerita mitos. kosmogoni menjadi dasar pemikiran dan pembelajaran yang membahas akan alam semesta yang tercipta dari berbagai cerita mitos dan juga pemikiran peradaban manusia awal yang mempercayai akan adanya Tuhan yang menciptakan alam semesta dan juga segala isinya. Tanpa kosmogoni maka mitos-mitos dan cerita tentang penciptaan tidaklah akan dimasukan dalam pengetahuan yang semakin berkembang, karena pada ilmu pengetahuan, mulai mencari dan menjelaskan akan alam semesta yang tercipta dengan pemikiran yang ilmiah. Namun tidaklah membantah pernyataan akan tidak adanya penyebab dibalik alam semesta yang ada.

Dari sini dapat disimpulkan, alam semesta menegaskan adanya Allah yang menciptakan. Penyebab alam semesta ada kemudian dikaji dan diteliti dalam ilmu pengetahuan yang semakin maju, dengan penjelasan yang lebih ilmiah untuk dipahami dengan baik oleh manusia, tetapi tidaklah mengelak ataupun membantah bahwa dibelakang semuanya itu ada Allah yang mengatur dengan segala kuasa-Nya.

Pos terkait