Detail, Simon Petrus Kamlasi Beberkan Cara Mengendalikan Air Sehingga Bisa Dimanfaatkan untuk Berbagai Kebutuhan

SPK bersama kelompok tani yang pernah dibinanya di TTS
Spread the love

KUPANG, nusalontar.com | Dari tiga calon gubernur yang saat ini sedang berlaga di kontestasi Pilgub NTT, hanya Calon Gubernur Simon Petrus Kamlasi yang memiliki konsep yang jelas tentang bagaimana air menjadi pilar utama untuk membawa NTT menjadi wilayah yang mandiri dan bermartabat.

Simon Petrus Kamlasi menyadari bahwa NTT adalah daerah semi arit di mana curah hujannya rendah. Untuk itu dia tak mau, hujan yang turun dari langit itu hanya bisa mendatangkan banjir dan mengotori laut semata.

Bacaan Lainnya

Simon Petrus Kamlasi ingin, curah hujan yang sedikit itu harus ditahan di darat lewat banyak embung dan jebakan air karena dia yakin ikan di laut tak butuh air tawar.

Tidak heran jika dalam setiap pertemuan dengan masyarakat Simon Petrus Kamlasi selalu disapa dengan “SPK su datang, sumber air su ada”.

Pengetahuan Simon Petrus Kamlasi tentang air tidak hanya pada teknologi hidram yang dibuat untuk mengangkat air dari tempat yang rendah ke lokasi yang lebih tinggi, tapi dia juga paham benar bagimana pemanfaatan air yang mengalir dari tempat yang lebih tinggi ke lokasi yang lebih rendah, sehingga terjadi pemanfaatan air secara efektif dan efisien.

Jika pompa hidram bisa membawa air dari bawah menuju ke atas maka Simon petrus Kamlasi juga ingin menahan air hujan dari atas agar tak lekas meluncur ke laut. Dia ingin membangun embung dengan sistem bejana berhubungan yang mana airnya pada setiap embung bisa dikendalikan lewat kanal-kanal yang dibangun.

Jika ada pengendali air di Film Avatar maka kita akan melihat pengendali air dari pulau Timor bernama Simon Petrus Kamlasi. Syaratnya cuma satu, jadikan dia Gubernur NTT pada tanggal 27 November nanti maka kita akan melihat Avatar from Timor. Anak Timor si Pengendali Air, Simon Petrus Kamlasi.

Sosok yang juga kerap dijuluki Jenderal Air itu mengatakan, hanya dengan air yang cukup maka pertanian akan meningkat hasil produksinya, peternakan akan berkembang dan kesehatan manusia akan terjamin.

Jika sektor pertanian dan peternakan bisa berkembang maka ketergantungan pangan dari luar akan teratasi dan NTT bisa menjadi lumbung pangan nasional.

NTT pernah menjadi lumbung ternak dan memberi kontribusi bagi ketersediaan daging secara nasional. Simon Petrus Kamlasi percaya, Jika persoalan air bisa diatasi maka lahan yang telah dibiarkan tidur sekian lama sudah saatnya bangun dan memberi hasil bagi manusia.

“Bicara tentang air itu adalah bicara tentang bagimana kita mengelola pertanian dan peternakan kita. Kalau kita bicara tentang pertanian dan peternakan maka kita bicara tentang perut rakyat yang tidak boleh kosong. Jika kita mampu membangun pertanian secara baik karena tersedianya air yang cukup maka masyarakat kita tidak lagi bergantung pada beras murah dari luar atau beras bantuan pemerintah. Bagi saya, pangan adalah harga diri sebuah wilayah. Jika kita cukup pangan, kita bisa berjalan dengan kepala tegak. Sebagai seorang pemimpin maka saya harus memastikan rakyat tidur dalam keadaan perut yang kenyang. Pemimpin tidak boleh tidur dengan lelap jika rakyatnya masih berbaring dalam kelaparan,” ujar Simon Petrus Kamlasi.

Mengendalikan air hujan melalui embung, kata Simon Petrus Kamlasi, merupakan salah satu cara efektif untuk mengelola sumber daya air. Embung berfungsi sebagai tempat penampungan air hujan yang kemudian dapat dimanfaatkan untuk berbagai keperluan, seperti irigasi, kebutuhan domestik, atau mencegah banjir.

Untuk membangun embung, jelas Simon Petrus Kamlasi, ada beberapa hal yang harus diperhatikan, seperti cara menentukan lokasi strategis dengan mempertimbangkan topografi dan pola aliran air hujan.

“Lokasi harus berada di area yang dapat menangkap air dari limpasan permukaan atau catchment area. Pastikan embung tidak merusak ekosistem sekitar, seperti sawah atau pemukiman. Selain itu desain embung juga sangat penting seperti ukuran dan kapasitas, bahan konstruksi hingga saluran inlet dan outlet. Sesuaikan ukuran embung dengan volume air hujan yang akan ditampung, memperhitungkan curah hujan tahunan. Jika kita bangun banyak embung sedang di pulau timor ini misalnya, maka kita bukan saja hanya mendapatkan air tapi juga menahan banjir yang selama ini dikeluhkan oleh saudara-saudara kita di Malaka misalnya,” papar Simon Petrus Kamlasi.

Untuk menggerakkan pertanian, kata Simon Petrus Kamlasi, maka pihaknya akan menggunakan sistem irigasi modern. Sistem Irigasi Modern adalah teknologi dan metode pengairan yang dirancang untuk mengoptimalkan penggunaan air dalam sektor pertanian dan hortikultura. Sistem ini lebih efisien dibandingkan metode tradisional karena memanfaatkan teknologi untuk mengontrol jumlah dan waktu pengairan sehingga meminimalkan pemborosan air.

“Ada beberapa jenis sistem irigasi modern seperti irigasi tetes atau Drip Irrigation. Dengan metode ini air diberikan langsung ke akar tanaman melalui pipa kecil dengan lubang-lubang kecil. Dengan demikian ada efisiensi dalam penggunaan air karena hanya area akar yang diairi. Ada juga Irigasi Sprinkler. Caranya, air disemprotkan seperti hujan melalui alat penyemprot atau sprinkler ini cocok untuk lahan pertanian dengan topografi yang tidak rata. Selanjutnya ada Irigasi Subsurface atau irigasi bawah permukaan. Caranya, pipa dipasang di bawah tanah untuk mengalirkan air langsung ke akar tanaman. Ini akan mengurangi penguapan dan memastikan air terserap optimal oleh tanaman. Ada juga system Irigasi Pivot atau Center Pivot. Ini menggunakan sistem mekanis yang berputar secara melingkar untuk menyemprotkan air ke lahan pertanian dan cocok untuk lahan yang luas seperti perkebunan. Yang berikut ada juga system irigasi berbasis sensor. Kita menggunakan sensor untuk memonitor kelembapan tanah dan mengatur kapan serta berapa banyak air yang diberikan. Ini dapat dikontrol secara otomatis melalui aplikasi atau sistem komputer,” urai Simon Petrus Kamlasi.

Dengan sistem irigasi modern, lanjut Simon Petrus Kamlasi, ada berbagai keuntungan yang bisa didapatkan seperti penggunaan air yang efisien. Sistem modern seperti irigasi tetes mengurangi pemborosan air hingga 30-50% dibandingkan irigasi tradisional.

Hal lain yang diperoleh lewat system irigasi modern adalah meningkatnya hasil produksi pertanian. Hemat Energi dan biaya operasional, mengurangi erosi tanah, ramah lingkungan, bisa menyesuaikan dengan perubahan iklim dan bisa dipantau dengan mudah.

“Sistem irigasi modern adalah solusi yang efisien, hemat air, dan ramah lingkungan untuk mendukung pertanian berkelanjutan. Investasi dalam teknologi ini memberikan manfaat besar, mulai dari peningkatan hasil panen hingga pengelolaan sumber daya yang lebih baik,” tandas Simon Petrus Kamlasi.**

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *