JAKARTA, NL – Gubernur Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhannas) Andi Widjajanto mengatakan, Pancasila bisa menjadi benteng bagi Indonesia dalam menghadapi pertarungan global. Namun, dia mengingatkan, ada beberapa hal yang perlu diperbaiki agar Pancasila semakin kokoh sebagai benteng Indonesia.
Hal itu dikatakan Andi Widjajanto saat membawakan orasi kebangsaan pada puncak acara Dies Natalis ke-65 Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) di Kampus Universitas Atmajaya, Jakarta, Minggu (28/5/2023) malam.
Pada kesempatan itu, Gubernur Lemhannas membawakan orasi kebangsaan berjudul “Kompetisi Hegemoni, Pancasila, dan Indonesia 2045”.
Salah satu poin yang ditegaskan Andi dalam materi orasinya adalah agregat indeks global yang mengukur isu-isu prioritas Pancasila yang menunjukkan posisi Indonesia belum optimal. Menurut analisis Andi, pemetaan global menunjukkan posisi Indonesia masih berada pada posisi sedang.
Gubernur Lemhannas menggarisbawahi masih terdapat penerapan isu di tingkat nasional yang berada di bawah rerata standar global. Secara khusus, pelaksanaan isu-isu prioritas di sila kesatu dan kelima memiliki jarak paling signifikan dengan rerata global.
“Cara kami di Lemhannas, ini sedang sedang dikaji, kami membawa sila-sila Pancasila menjadi ukuran kuantitatif yang ada indeksnya secara global, sehingga kami tahu posisi Indonesia itu seperti apa,” tuturnya.
Dari lima sila yang disandingkan dengan indeks geopolitik global, ujar Andi, sila pertama yang masih buruk. Menurut Andi, di situ ada indeks tentang kebebasan beragama yang masih di bawah rata-rata global.
“Di situ juga ada indeks tentang kebencian sosial karena faktor identitas agama yang di bawah rata-rata global,” kata Gubernur Lemhannas.
Di sisi lain, menurut Andi, Indonesia telah melaksanakan sila keempat dengan relatif baik ketika dibandingkan dengan rerata standar global. Kemudian, posisi Indonesia pada pelaksanaan isu-isu di sila kedua dan ketiga cenderung berada di sekitar ambang batas rerata global
“Dari tiga topik ini yang saya bawakan malam ini, yakni Kompetisi Hegemoni, Pancasila, dan Indonesia 2045, terus terang yang paling susah adalah Pancasila. Saya membutuhkan waktu satu tahun dua bulan untuk menemukan cara menjadikan Pancasila sebagai dasar melakukan pertarungan geoplitik,” ujar Gubernur Lemhannas.
Sementara itu, Panglima TNI Laksamana H Yugo Margono juga menghadirkan orasinya yang disampaikan Asisten Territorial TNI Mayor Jenderal Mochamad Syafei Kasno SH. Yugo memberi judul orasinya “Menjunjung Martabat Kemanusiaan dan Kesetaraan dalam Perspektif Pertahanan dan Keamanan serta Situasi Kondisi Kekinian dan Pemikiran ke Depan”.
“Salah satu tugas kita sebagai anak bangsa adalah menjaga Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) serta keutuhan berbangsa dan bernegara,” ujar Yudo seperti disampaikan Aster Mayjen Mochamad Syafei Kasno.
Dikatakan, bangsa Indonesia jangan mudah terpancing dan terprovokasi dengan paham mau pun isu-isu yang menyesatkan. “Sejarah membuktikan bahwa bangsa kita yang besar tidak pernah takut dengan ancaman bangsa lain. Yang kita takuti justru musuh dari dalam negeri, yang dapat memecah-belah persatuan dan kesatuan,” ujar Mayjen Syafei mewakili Panglima TNI.
Orasi kebangsaan pada Dies Natalis ke-65 ISKA juga disampaikan Kapolri Jenderal Listyo Sigit Prabowo, yang diwakilkan oleh Kepala Divisi Hukum Polri, Inspektur Jenderal Viktor Theodorus Sihombing, SIK, MSi.
Dikatakan, polarisasi dampak Pemilu 2019 diprediksi masih akan terjadi pada Pemilu 2024. Hal itu akibat dari perbedaan pandangan dan pilihan yang mengarah kepada sentimen-sentimen terhadap kelompok tertentu.
“Jadi, kalau kita lihat di medsos, kita masih dapat merasakan dampak dari pada pemilu-pemilu sebelumnya adanya polarisasi ini. Kita bisa membayangkan kalau kita tidak menyiapkan diri, tidak menyiapkan kualitas dengan baik. Bagaimana proses kita nanti memilih pemimpin kita dengan situasi dampak pemilu yang sebelumnya itu,” kata Viktor.
Dia berharap, dalam proses pemilihan pimpinan nanti, pemilihan digelar berdasarkan konteks pada ide-ide kemajuan bangsa. “Kita tidak mengharapkan lagi memilih para pemimpin kita dengan memberikan hal-hal yang negatif,” katanya.
Merespons tiga orasi kebangsaan itu, Ketua Presidium Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) Luky Yusgiantoro mengatakan, selama 65 tahun, ISKA telah mewarnai proses mengisi kemerdekaan dan menguatkan kebangsaan Indonesia. Hal itu, ujarnya, merupakan sebuah proses tanpa akhir yang harus terus dimaknai dan dijalankan oleh seluruh komponen bangsa.
“Dalam konteks inilah, ISKA berupaya memaknai kebangsaan Indonesia dalam bingkai menjunjung tinggi martabat manusia dan kesetaraan,” ujar Luky.
Pemaknaan ulang terhadap kebangsaan penting dan harus dilakukan agar ide kebangsaan berada di dalam konteks dinamika sosial masyarakat yang kontemporer. Proses kontekstualisasi tersebut harus digali Pancasila dan pembukaan UUD 1945. Keduanya merupakan dasar membangun filosofi kebangsaan Indonesia.
“Selain meletakkan konteks kehidupan berbangsa dan bernegara, Pancasila meletakkan hak asasi dan upaya menjunjung martabat manusia Indonesia dalam konteks bernegara,” Luky menambahkan.
Seluruh perayaan Dies Natalis ke-65 ISKA, diawali misa konselebrasi yang dipimpin Ketua Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Mgr. Antonius Bunjamin Subianto OSC. Tiga pastor pendamping Ketua KWI dalam misa konselebrasi adalah Dr. Antonius Widyarsono SJ, Dr. Andreas Atawolo OFM, RD. Stevanus Harry Yudanto.
Dari altar misa konselebrasi, Uskup Antonius berpesan dalam karya-karya pelayannya, ISKA hendaknya menghormati serta mewujudkan martabat kemanusiaan dan kesetaraan dalam tugas pelayanannya sebagai cendekiawan Katolik. “Di usia 65, ISKA adalah sebuah kekuatan luarbiasa, menjadi klerus yang teguh membela Gereja serta berbagai komunitas yang dilanda kesulitan,” ujarnya.
Ketua KWI menambahkan: “Pada usia ini, 65 tahun, para sarjana ISKA hendaknya semakin menjadi corong kemanusiaan dan kesetaraan dengan hidup baik, benar, santun dan kudus,” Ketua KWI menambahkan.
Paduan suara Universitas Nahdlatul Ulama, Jakarta, turut memeriahkan Dies Natalis dengan sejumlah lagu-lagu nasional. Antara lain. Rayuan Pulau Kelapa.
Sejumlah tokoh nasional dari berbagai latar belakang, tokoh masyarakat, pemimpin ormas berbasis religi, cendekiawan, dan akademisi akan hadir pada puncak acara Dies Natalis ke-65 ISKA. Sekitar 300 lebih tamu dan undangan memenuhi acara yang berlangsung selama hampir tiga jam di lantai 15 Gedung Yustinus Universitas Atma Jaya, di kawasan Jenderal Sudirman, Jakarta Selatan, pada Minggu malam, 28 Mei.
Salah satu rangkaian acara ulang tahun ISKA adalah kegiatan focus group discussion (FGD bertajuk) atau diskusi terpumpun Semarak Dies Natalis Ke-65 ISKA dengan tema, “Menjunjung Kemanusiaan dan Kesetaraan”. Berlangsung secara hybrid di wilayah timur, tengah, dan barat Indonesia, FGD selama 18 – 22 Mei 2023 ini dilaksanakan di Medan, Sumatera Utara, Semarang, Jawa Tengah, dan Ruteng, Flores.
Ketua Panitia Dies Natalis ISKA ke-65, Ir. PL Hasudungan Siboro MM, Presidium Maritim, Energi dan Infrastuktur ISKA, menggarisbawahi pentingnya rangkaian FGD di ketiga regio Indonesia, yakni barat, timur, tengah.
“Pemikiran serta pertukaran ide para cendekiawan, akademisi, professional, mau pun perwakilan berbagai elemen publik dalam serial FDG ini, kiranya menjadi kontribusi nyata ISKA bagi Indonesia maju,” ujar Hasudungan yang banyak terlibat dalam gerakan pemanfaatan Energi Baru Terbarukan (EDT) .
ISKA dibentuk di Jakarta pada 22 Mei 1958 dengan nama Ikatan Katolik Sarjana dan Cendekiawan (IKS). Nama Ikatan Sarjana Katolik Indonesia (ISKA) baru mulai digunakan setelah musyawarah nasional (Munas) di Bandung, pada 3-5 September 1964. Kini dipimpin Luky A. Yusgiantoro B.SC., M.SC., PH.D., ISKA tersebar di 24 provinsi setingkat Dewan Pimpinan Daerah (DPD) dan 125 kota/kabupaten setingkat Dewan Pimpinan Cabang.
Sejak 2022, posisi ISKA kian meluas di latar internasional. Prasetyo Nurhardjanto, Presidium Organisasi dan Hubungan Antar-Lembaga ISKA terpilih sebagai Vice Presiden (VP) The International Catholic Movement for Intellectual and Cultural Affairs (ICMICA) Pax Romana periode 2022-2025.*