ADVETORIAL – Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) Provinsi Nusa Tenggara Timur (NTT) sukses menggelar diskusi publik dengan tema “Refleksi Kritis 4 Tahun Kepemimpinan Victory-Joss”, pada Kamis, 8 September 2022, di Aula Utama El Tari Kupang.
Diskusi publik ini terlaksana berkat bertautnya niat SMSI NTT dengan kelapangan hati Gubernur NTT, Viktor Bungtilu Laiskodat, untuk mendengar berbagai perspektif yang bisa menjadi catatan perjalanan kepemimpinan Gubernur VBL dan Wakil Gubernur (Wagub) Josef Nae Soi (JNS) di sisa masa jabatan mereka.
Bahkan, ketika para pengurus SMSI NTT beraudiensi dengannya untuk menyampaikan niat melaksanakan diskusi publik ini, Gubernur VBL sempat meminta agar forum diskusi publik yang akan digelar tidak boleh menjadi forum puja-puji.
“Saya tidak mau forum diskusi ini jadi forum puja-puji saja untuk kami. Saya ingin forum ini menjadi forum yang dapat memberikan masukan kritis konstruktif untuk kemajuan NTT,” kata Gubernur Viktor saat menerima rombongan Pengurus SMSI NTT di ruang kerja Gubernur, Selasa (30/8/2022).
Gubernur VBL juga meminta agar kegiatan diskusi dirancang secara bagus dengan menghadirkan narasumber yang berkompeten pada bidangnya baik itu kalangan legislatif maupun akademisi.
“Kita ingin mendengarkan masukan dari mereka yang berkompeten terkait berbagai kekurangan-kekurangan kita selama memimpin NTT sehingga kita bisa memperbaikinya secara bersama untuk membangun daerah ini ke arah yang lebih baik ke depannya,” jelas Gubernur VBL waktu itu.
Harapan Gubernur VBL ini dibayar tuntas oleh panitia diskusi publik yang digawangi oleh Pemimpin Redaksi Selatanindonesia.com, Lorens Leba Tukan, dan Pemimpin Redaksi Koranntt.com, Ama Beding selaku sekretaris.
Diskusi publik ini menghadirkan narasumber yang dikenal kompeten dan kritis dalam bidangnya masing-masing, yakni,
Wakil Ketua DPRD Provinsi NTT, Dr. Ince D. P. Sayuna, SH.,M.Hum.,M.Kn., Praktisi Pertanian UKAW Ir. Zeth Malelak, M.Si., Pengamat Hukum Tata Negara Undana, Dr. John Tuba Helan, dan Rektor Unwira, Pater Dr. Philipus Tule, SVD. Diskusi dipandu oleh dosen Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Widya Madira (Unika) Kupang, Mikhael Rajamuda Bataona.
Kehadiran Gubernur VBL dalam diskusi publik ini menjadi poin tersendiri, bahwa Viktor Laiskodat bukanlah gubernur yang anti kritik. Dalam diskusi yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam itu, Gubernur VBL mendengar semua masukan dari para narasumber, juga peserta yang hadir, dan menjawab seperlunya jika ada hal yang mesti dijelaskan.
Tak lupa, Gubernur VBL memberi apresiasi dan berterima kasih kepada pengurus SMSI NTT, khususnya kepada panitia, karena telah berhasil menyelenggarakan kegiatan ini.
Ia mengatakan, dirinya bersama Wakil Gubernur Josef Nae Soi menyampaikan terima kasih karena diskusi ini merupakan sebuah langkah maju yang dilakukan jurnalis NTT.
“Ini sesuatu keniscayaan dalam pembangunan masa kini. Oleh karena itu, kita perlu memberikan apresiasi kepada teman-teman SMSI karena telah berhasil melaksanakan kegiatan ini,” kata Gubernur VBL.
Gubernur VBL mengakui bahwa pemerintah pasti mempunyai kekurangan. Kekurangan pemerintah, kata dia, mesti didiskusikan agar dapat dilakukan penyempurnaan. Oleh karena itu, program-program yang telah dicanangkan pemerintah dapat dinilai dan dikritik, sehingga menjadi masukan bagi pemerintah untuk memperbaikinya.
Dalam kesempatan diskusi, VBL juga menyinggung beberapa program yang tidak maksimal dijalankan karena berbagai kendala. Ia mencontohkan, program belajar ke luar negeri untuk 2.000 terkendala kondisi Covid-19, Seroja, ASF, dan kendala-kendala lainnya.
“Karena itu, bukan excuse, tapi ini hal yang perlu didiskusikan lagi. Bahwa saya punya mimpi, dan memang itu harus dilakukan. Air bersih misalnya, memang harus kita pecahkan bersama karena masalah paling sulit adalah air. Air kita zat kapur yang begitu tinggi,” ujar VBL.
Selain itu, program penanganan stunting. Menurutnya, stunting masih sangat tinggi di NTT. Oleh karena itu, melalui diskusi yang digagas SMSI ini, dirinya ingin mendapat masukan-masukan dan pikiran konstruktif untuk dapat ditindaklanjuti pemerintah. Dengan demikian, apa yang belum sempurna, dapat diperbaiki.
“Bagi saya sempurna itu seperti masyarakat sejahtera semua, tidak ada yang sakit, bisa membiayai pendidikan, kebutuhan dasar terpenuhi, sehingga tidak ada yang sempurna. Saya mengajak mari kita diskusikan dengan baik,” ujarnya.
Mantan anggota DPR RI ini pun mengajak semua komponen untuk bekerja keras, kerja bersama, dan kerja ikhlas untuk menuju kesempurnaan yang diharapkan.
“Saya memberikan ruang kepada siapapun untuk memberikan kritik yang konstruktif bagi pemerintah NTT,” tutupnya. (JR)