ENDE – Sekolah Luar Biasa (SLB) merupakan sekolah yang diperuntukan bagi siswa yang berkebutuhan khusus. Di sekolah ini, penyandang disabilitas mendapatkan pelayanan pendidikan guna mengasah talenta maupun potensi yang dimiliki.
Di balik peran SLB ini, masih saja ada stigma negatif masyarakat terhadap SLB. SLB dianggap menjadi sekolah “kelas dua” karena anak-anak berkebutuhan khusus atau penyandang disabilitas sulit untuk bersekolah di sekolah umum.
Hal itu diungkapkan Kepala Sekolah SLB Negeri Ende,
Yulita D . Dhambo, S.Pd, ketika ditemui pada Senin, 20 Juni 2022 di ruang kerjanya. Ia mengatakan, ada banyak orang tua yang belum menerima anaknya memiliki kekurangan, sehingga merekap tidak mengantarkan anak-anaknya yang menyandang disabilitas ke SLB.
“Minimnya pengetahuan orang tua mengenai SLB menjadi persoalan bagi anak disabilitas dalam mendapatkan pendidikan. Ada banyak orang tua juga yang belum terima bahwa anaknya memiliki kekurangan fisik maupun mental, sehingga mereka tidak mau dan malu untuk mengantarkan ke SLB,” ungkap Yulita Dhambo.
Selain membimbing anak berkebutuhan khusus, Yulita Dhambo juga berupaya mematahkan stigma-stigma masyarakat dengan cara memberikan edukasi kepada orang tua guna mengijinkan anaknya mengenyang pendidikan dibangku sekolah.
“Masyarakat luar sering beranggapan bahwa sekolah ini untuk anak-anak yang lemah baik fisik maupun mental, tetapi perlu diketahui di balik kelemahan yang mereka miliki ada banyak kelebihan-kelebihan yang tersembunyi, dan di sini kita berupaya mengembangkan keterampilan-keterampilan tersebut,” jelasnya.
Yulita Dhambo mengaku bahwa anak-anak SLB tersebut lebih fokus pada kegiatan praktikum dibanding teori. Sehingga ada berbagai kegiatan keterampilan yang diterapkan diantaranya las, batako, pot bunga, tata boga, rias, hidroponik.
“Ada beberapa pot bunga maupun pagar yang dibuat oleh anak-anak disini. Ada beberapa keterampilan yang menghasilkan uang, salah satunya pot bunga yang sudah banyak dipesan. Bahkan di tahun 2021 lalu, anak-anak ini mendapat peringkat empat di ajang nasional pada bidang tata boga,” jelas Yulita Dhambo. (Denti S.)