La Nati dan Confoederati Helvetica: Sebuah Kisah Indah dari Swiss

 

Stefanus Wolo Itu
(Misionaris Fidei Donum KAE di Keuskupan Basel Swiss)

Bacaan Lainnya

LA NATI

Dalam sepekan terakhir nama “La Nati, Rossocrociati” atau team nasional sepak bola Swiss mengudara. Meski gagal ke semifinal, mereka menjadi salah satu episentrum perbincangan pemirsa sepak bola Eropa dan dunia.

Mereka menumbangkan raksasa Perancis dalam drama adu pinalti. Swiss tidak mencapai puncak kejuaraan. Tapi mereka mencapai final. Final bagi mereka adalah “mengalahkan” raksasa sepak bola. Kali ini “Raksasa Les Bleus” menjadi korban kepedisan sang “Koro Kedhi atau lombok kecil tapi pedis” La Nati.

Para pemain bersukacita. Warga Swiss bersorak sorai. Para simpatisan berdecak kagum. Si Daud kecil mengalahkan Sang Goliath. Pemain dan Suporter Perancis sedih, kecewa, malu dan mungkin marah-marah.

Seorang Suporter Les Bleus menggelar petisi online. Mereka meminta agar pertandingan “Les Bleus-La Nati” diulangi. Mereka memprotes posisi berdiri Yan Sommer saat eksekusi pinalti terakhir Kilian Mbape. “Sommer berdiri di belakang garis tiang gawang dan tidak mengikuti ketentuan sebagai penjaga gawang saat adu pinalti”, kata penginisiatif petisi itu. Petisi ini berhasil meraih 252 ribu tanda tangan. Bahkan bisa mencapai 500 ribu tanda tangan. Apakah pertandingan itu akan diulangi? Saya kira mustahil!

La Nati juga tampil asyik saat melawan “raksasa Spanyol”. Mereka tampil tanpa “Sang Kapten, Jendral Lapangan Tengah, Granit Xhaka” karena akumulasi kartu. Dan menit ke 77 mereka kehilangan Remo Freuler. Freuler diganjar kartu merah karena menjegal Gerard Moreno. Lengkaplah penderitaan La Nati!

Para pemain, suporter dan simpatisan La Nati kecewa. Mereka marah dan protes. Tapi wasit tetap pada keputusannya. Beberapa menit sesudahnya beredar foto sang wasit Michael Oliver di jagat maya. Di bawah foto wasit berkebangsaan Inggris berusia 36 tahun itu tertulis “Inilah Pemain ke 12 Spanyol”. Pasukan Vladimir Petkovic ini akhirnya kalah dalam drama adu pinalti.

Pertandingan ini asyik. Kita menyaksikan keuletan para pemain Swiss. Kita mengapresiasi daya juang mereka. Pemain Swiss rasanya tanpa beban. Tapi toh tetap punya ambisi dan harapan. Kalau bisa menjadi pemenang.

Pertandingan ini juga menegangkan. Kita menyaksikan pelatih, pemain dan suporter Spanyol ketar ketir. Mereka sempat ragu untuk lanjut ke babak berikut. “La Nati adalah Koro Kedhi!” Sang arsitek La Furia Roja, Luis Enrique sendiri mengapresiasi ketangguhan La Nati. “Kami menghabiskan banyak tenaga untuk mengalahkan mereka. Mereka adalah team terlatih. Dan pengusiran Remo Freuler dari lapangan pertandingan telah mengubah total jalannya pertandingan”, kata mantan pelatih Barcelona itu.

Bravo La Nati. Kamu telah memberi warna tersendiri dalam konstelasi sepak bola Eropa kali ini. Kamu telah menjadi klub kebanggaan orang-orang Swiss. Nama kamu merdu disebut. Semerdu lagu kebangsaanmu “Schweizerpsalm atau Mazmur Swiss” karya Alberich Zwyssig.

Kamu tetap berkibar bersama kibaran bendera nasional Swiss. Bendera palang putih dengan latar belakang merah. Bendera ini tidak mewakili ideologi sebuah agama. Bendera ini adalah lambang karakter orang Swiss yang cinta damai dan penuh persaudaraan.

Bola kaki tidak sekedar adu fisik dan taktik. Bola kaki adalah juga adu kematangan batin dan pikiran. Dan lebih dari itu bola kaki adalah sebuah pertandingan kualitas persahabatan dan persaudaraan universal.

Romo Stefanus di Tepi Danau – Swiss

CONFOEDERATIO HELVETICA

Swiss adalah negara konfederasi. Nama resminya adalah Konfederasi Swiss. Nama ini merupakan terjemahan lurus dari bahasa-bahasa resmi yg digunakan di Swiss.

Kawasan Swiss-Perancis menyebutnya Confederation Suisse. Kawasan Swiss-Italia menyebutnya Confederazione Svizzera. Kawasan berbahasa Retor-Romanis menyebutnya Confederaziun Svizra. Dan Kawasan Swiss-Jerman tempat 8 Misionaris asal Flores NTT berkarya menyebutnya Schweizerische Eidgenossenschaft.

Nama ini sebenarnya berakar dari bahasa Latin “Confoederatio Helvetica” atau disingkat CH. Singkatan CH ini digunakan dalam pelbagai dokumen resmi. Nama ini sebenarnya mengacu pada suku Celtic kuno atau Helvetians yg pernah mendiami kawasan pegunungan Alpen Swiss 2000 tahun yang lalu.

Swiss termasuk negara kecil. Luasnya 41.285 km persegi. Kira-kira 1/3 luas pulau Jawa. Jumlah penduduknya 8.279.700 juta jiwa dengan kepadatan penduduknya 195 orang per kilometer.

Swiss letaknya di Eropa Tengah-Barat. Batas-batas wilayahnya sebagai berikut. Utara dan utara timur laut berbatasan dengan Jerman. Saya bekerja di pinggir sungai Rhein, berbatasan dengan Jerman. Timur berbatasan dengan Austria dan kerajaan Lichstenstein. Tenggara dan selatan berbatasan dengan Italia. Sedangkan barat, barat daya dan barat laut berbatasan dengan Perancis.

Sebagai negara federal, Swiss terdiri dari 26 Kanton. Kanton adalah nama untuk negara federal di Swiss. Saya misalnya tinggal di Kanton Aargau(AG). Kanton-kanton ini memiliki otonomi luas. Mereka menentukan aturan daerah secara ketat. Pemerintahan pusat di Bern mengurus masalah internasional, kehakiman, pertahanan dan keuangan negara.

Swiss menggunakan 4 bahasa resmi yaitu Jerman, Perancis, Italia dan Retoromanis. Bahasa Inggris bukan bahasa resmi. Tapi bahasa Inggris bisa digunakan dalam urusan kuliah, pekerjaan di perusahaan-perusahan multinasional dan kerjasama internasional.

Adapun jumlah dan peta wilayah penggunaan bahasa resmi. 17 Kanton berbicara bahasa Swiss-Jerman. 4 Kanton berbahasa Swiss-Perancis. 1 Kanton berbahasa Italia. 3 Kanton bilingual: Jerman dan Perancis. Dan 1 Kanton trilingual: Jerman, Italia dan Retoromanis.

Swiss adalah sebuah negara multikultural, multilingual dan multietnis. Negara multi budaya, bahasa dan etnis. “Warna multi” ini misalnya tercermin dalam pasukan La Nati.

Saya coba melacak asal usul mereka. Yann Sommer, Steven Zuber, Remo Freuler, Silvan Widmer, Fabian Schär, Alexander Frei misalnya adalah nama-nama asli orang Swiss. Xherdan Shaqiri campuran Albania-Kosovo. Granit Xhaka berasal dari Kosovo. Mario Gavranovic berasal dari Kroatia. Amir Mehmedi dari Makedonia. Ricardo Rodriques dari Spanyol, Manuel Akanji dan sejumlah nama berasal dari kawasan Afrika.

Saya juga sempat berpikir bahwa salah seorang pemain Denis Zakaria berasal dari Flores NTT Indonesia. Khususnya dari kawasan Flores Tengah. Pemain muda potensial yg bermain di Borussia Mönchengladbach ini memiliki nama lengkap “Denis Lemi Zakaria Lako Lado”. Dia lahir di Jenewa dari ayah Zakaria Lako Lado dan ibu Rina Zakaria. Sebuah nama yg mirip dengan nama orang Bajawa, Nagekeo dan Ende Lio.

Swiss adalah negara tanpa laut, tapi memiliki sekitar 1500 danau. Danau-danau itu menjadi tempat pariwisata yg eksotik. Kapal-kapal lux menghiasi danau-danau ini. Swiss berada di kawasan Alpen Eropa Tengah-Barat. Ada puncak-puncak terkenal dengan hamparan salju abadi. Sebut saja Monte Rosa, Matterhorn, Jungfrau, Pilatus, Titlis.

Swiss multikultural, multilingual, multietnis, tapi tetap satu. Jarang sekali kita mendengar ungkapan atau perlakuan diskriminasi rasial.Semboyan terkenal bangsa Swiss adalah UNUS PRO OMNIBUS, OMNES PRO UNO. Artinya SATU UNTUK SEMUA, SEMUA UNTUK SATU. Bila anda ingin berteman dengan orang Swiss dan menyerap budaya Swiss, anda harus menghargai 3 karakteristik: Kejujuran, Ketepatan Waktu, dan Kesopanan.**

Pos terkait