NUSALONTAR.com – Lembata – Genap sudah empat bulan, Gunung Ili Lewotolok mengalami erupsi. Erupsi besar yang terjadi pada 29 November 2020 pagi hari itu mengakibatkan sebagian besar warga Ile Ape dan Ile Ape Timur mengungsi ke posko-posko pengungsian di Kota Lewoleba dan sekitarnya.
Kisah tentang erupsi Ili Lewotolok dan pengungsian kini perlahan terlupakan. Namun demikian, sampai hari ini gunung yang punya banyak kisah historis itu masih belum juga berhenti menyemburkan letusan-letusan kecil disertai gemuruh dan dentuman dari lemah hingga kuat.
Kepala Pos PGA Ili Lewotolok, Stanislaus Arakian kepada media ini mengemukakan bahwa hingga saat ini, masih ada aktivitas vulkanik di gunung Ili Lewotolok. Dengan kata lain, gunung tersebut masih dalam fase erupsi meskipun ada kecenderungan menurun baik secara seismik maupun visual.
Lebih lanjut Arakian menuturkan, aktivitas seismik yang terjadi didominasi oleh gempa hembusan terutama gempa tremor harmonik dan non harmonik yang merupakan indikasi adanya suplai magma di perut gunung.
“Malam tadi (Minggu, 28/03/2021, red) sekira pukul 19.38 WITA, teramati adanya lontaran lava pijar lebih kurang 300 m di atas puncak dan ke arah tenggara sejauh 309 m. Status kita sampai saat ini adalah siaga”, demikian Arakian menguraikan.
Terkait status gunung saat ini, Arakian menghimbau agar masyarakat tidak perlu panik tetapi tetap patuh pada rekomendasi yang disampaikan oleh PVMBG Bandung.
“Tidak melakukan aktivitas di puncak dan menjauhi zona perkiraan bahaya yakni pada radius 3 km dari puncak gunung”, urai pria tangkas yang sigap memantau perkembangan aktivitas Ili Lewotolok setiap hari tersebut menutup komunikasi dengan NUSALONTAR.com melalui pesan WhatsApp. (Darko/JR)