KEFAMENANU, NL – Aktivis dan peneliti Veronika Lake, S.ST, MM mengajak calon kepala desa, para pendukung kepala desa, dan masyarakat 154 desa di Kabupaten Timor Tengah Utara (TTU) yang menggelar Pemilihan Kepala Desa (Pilkades) untuk menghindari kebencian dan permusuhan.
Pilkades harus menjadi ajang pemersatu persaudaraan, adu gagasan, dan kesempatan untuk menyerap berbagai ide positif-kreatif untuk membangun desa.
“Saya yakin, para calon kepala desa yang maju dalam Pilkades adalah bersaudara. Pendukungnya pun masih satu ikatan keluarga. Jadi saya berharap para calon kepala desa, tim pendukung, dan calon pemilih dapat menurunkan tensi ketegangan dan permusuhan di desa. Agar setelah Pilkades semua masyarakat desa bersatu, sejuk dan semakin bersaudara bangun kampung,” ujar Veronika yang juga adalah Kepala Bidang Kesehatan, Pendidikan, Perempuan dan Anak di Yayasan Mitra Terang Timor Nusantara tersebut, Jumat (24/3/2024).
Bahaya Konflik Horizontal
Veronika mengingatkan, ketika permusuhan dan kebencian dimunculkan dalam Pilkades, maka akan menimbulkan konflik horizontal di desa selama bertahun-tahun. Hal ini menyebabkan persaudaraan, pembangunan, dan demokrasi di desa tidak berjalan karena kebencian dan permusuhan yang terus dipelihara oleh para pendukung.
“Ketika turun ke kampung-kampung di TTU saya mengalami sendiri para pendukung calon kepala desa 5 tahun yang lalu masih saja tidak bersatu. Akibatnya semangat gotong royong membangun desa tidak terjadi karena masyarakat terpecah. Pengalaman lima tahun lalu harus jadi koreksi sekaligus refleksi agar tahun ini tidak terjadi lagi,” kata lulusan S2 Sekolah Tinggi Ilmu Manajemen IMMI Jakarta tersebut.
Karena itu Veronika meminta agar Pemerintah Kabupaten TTU, Camat, Lembaga Adat Desa, dan Badan Permusyawaratan Desa (BPD) agar segera turun langsung melakukan sosialiasi dan edukasi Pilkades yang damai, santun, dan penuh persaudaraan. Karena masyarakat desa sangat membutuhkan edukasi dan pendampingan agar tidak terjebak dalam politik primordial dan adu domba.
“Panitia kepala desa dapat mendesain tata cara dan prosedur yang mengondisikan agar Pilkades dapat berjalan damai dan penuh persaudaraan. Saya usul, gunakan cara-cara yang kreatif untuk mempertemukan calon kepala kepala desa dan pendukungnya secara rutin sehingga tidak terbangun jarak. Kampanye-kampanye kreatif dan penuh persaudaraan harus tetap dipelihara,” lanjut istri dari Redemtus Kono yang adalah Staf Ahli Anggota DPR RI Fraksi PDI Perjuangan Yohanis Fransiskus Lema tersebut.
Adu Gagasan Bangun Desa
Namun, Veronika memberikan catatan, Pilkades yang damai dan santun tidak berarti menghilangkan kontestasi gagasan untuk membangun desa. Karena itu para kepala desa harus dipertemukan untuk memaparkan visi-misi dan program dalam debat terbuka yang bisa diakses langsung masyarakat desa.
“Dengan mengetahui visi-misi, program, dan kompetensi calon kepala desa, maka calon pemilih di desa dapat memiliki rujukan untuk memilih. Siapa calonnya, mengapa ia maju desa, apa pemikirannya, bagaimana kecakapannya memimpin, dan di mana letak keprihatinnya dalam memimpin desa. Hal ini sangat penting sebagai landasan memilih,” kata Veronika.
Lebih lanjut Veronika meminta agar Pilkades menjadi ajang rembuk untuk menyelesaikan masalah desa seperti kemiskinan, kurangnya akses pendidikan dan kesehatan, tingginya pengangguran, kekurangan air serta akses jalan desa yang belum di kelola dengan baik dan lain-lain. Maka kemampuan calon kepala desa dalam mengelola Dana Desa atau mengakses jaringan dari pemerintah pusat dan swasta sangat diperlukan.
“Melalui Yayasan dan jaringan di pemerintah pusat kami siap bekerja sama dengan kepala desa terpilih untuk memajukan desa. Karena desa adalah miniatur sekaligus wajah bangsa. Bangsa sejahtera dibangun dari desa. Dari desa peradaban, kejayaan, dan pembangunan daerah harus dimulai,”tutupnya.*