ENDE – Masalah stunting atau gagal tumbuh anak usia balita kini menjadi perhatian dan tantangan besar bagi semua orang. Pemerintah berusaha sedemikian rupa untuk bisa mengatasi persoalan stunting ini.
Kecamatan Nangapanda adalah salah satu kecamatan yang sangat gencar melakukan sosialisasi mengenai stunting. Pada hari Selasa (14/12/2021) setiap desa di Kecamatan Nangapanda melaksanakan kegiatan sosialisasi dengan tema: “Nangapanda Bangkit Melawan Stunting”.
Desa Sanggarhorho merupakan salah satu desa yang dengan sigap menjadi garda terdepan dalam perang melawan stunting. Di desa ini sama sekali tidak ada anak yang menderita stunting.
Kegiatan launching ‘Nangapanda Bangkit Melawan Stunting’ di tingkat Desa Sanggarhorho ini disambut antusias oleh masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan kehadiran masyarakat desa yang cukup banyak.
Untuk menyukseskan kegiatan ini, tenaga kesehatan dari Puskesmas Nangapanda hadir untuk membawakan materi tentang: apa itu stunting dan cara pencegahannya, serta bagaimana peran ibu PKK dalam penanganan stunting.
“Puji Tuhan hingga saat ini Desa Sanggarhorho belum menjadi penyumbang stunting. Jadi dengan kegiatan ini kita perlu adanya pencegahan secara dini. Artinya, kita lebih prioritaskan asupan gizi maupun pola asuh yang baik untuk anak-anak, sehingga ketika anak-anak terbebas dari stunting, segala aktivitas atau kegiatan apapun dapat berjalan dengan mulus,” jelas Kepala Desa Sanggarhorho, Marcelinus Lipi.
Berdasarkan hasil wawancara dengan pemerintahan desa maupun kecamatan, saat ini sudah dilakukan upaya-upaya penanganan stunting. Diantaranya, membagikan makanan tambahan kepada ibu hamil, balita dan anak-anak, serta orang tua lanjut usia, juga adanya sosialisasi tentang pola asuh dan asupan makanan bergizi pada saat posyandu oleh kader-kader posyandu.
“Sasaran utama akan pencegahan stunting yakni pasangan calon pengantin, ibu hamil serta anak balita. Jadi kita benar-benar memperhatikan segala bentuk penanganan stunting diantaranya menciptakan pola hidup sehat, pola asuh yang baik, menerapkan program KB guna mengatur jarak anak sehingga anak tersebut benar-benar diperhatikan hingga ia mandiri,” urai Kades Lipi.
Aloysius Wisu, selaku perwakilan pemerintah kecamatan, dalam sambutannya menjelaskan bahwa, angka stunting dari 28 desa di wilayah Kecamatan Nangapanda saat ini mencapai 159 balita.
“Beberapa desa yang tidak memiliki balita stunting, salah satunya adalah Desa Sanggarhorho. Desa-desa ini dapat menjadi panutan dan perlu diacungkan jempol,” pujinya.
Faktor lain penyebab stunting di Kecamatan Nangapanda, kata Alo Wisu, biasanya disebabkan oleh faktor kesenjangan ekonomi, sehingga pemenuhan makanan bergizi untuk anak kurang.
“Faktor lainnya lagi adalah kurangnya sumber daya manusia yang memadai, sehingga sulit untuk memanfaatkan hasil alam menjadi bahan makanan yang bergizi,” ungkapnya.
Pencegahan stunting, sambung Alo Wisu, akan berhasil ketika kelompok sasaran bekerja sama secara efektif.
“Masyarakat juga dituntut untuk berinovasi dalam pengolahan pangan lokal agar hasil olahannya lebih berkualitas,” pungkasnya.
Kegiatan sosialisasi ini diakhiri dengan pose bersama dan makan siang bersama. (Denty)