OASE, nusalontar.com | Ada ungkapan klasik yang kerap kita dengar dalam kehidupan, “Di balik pria yang sukses ada wanita yang hebat”.
Ungkapan ini juga seakan menggambarkan perjalanan karir Calon Gubernur NTT nomor urut 3, Simon Petrus Kamlasi, yang didukung lahir batin oleh sang istri, Esther Meilany Kamlasi Siregar.
Hal ini terungkap dalam tulisan sang istri di laman media sosialnya. Dalam tulisan yang diunggah pada Senin (18/11/2024) pagi itu, tergambar cinta yang amat kuat, kasih yang dalam, dan dukungan yang luar biasa terhadap sang suami, Simon Petrus Kamlasi.
Di awal tulisannya Esther melukiskan Simon Petrus Kamlasi yang tak pernah letih belajar meski berada dalam kondisi sulit sekalipun.
“Perjalananan kampanye dan blusukan Tim SIAGA kemarin yang dimulai dari Belu, Malaka dan TTS, di mana aku ikut serta mendampingi suamiku. Aku kembali melihat pemandangan suami SPK (Simon Petrus Kamlasi) di depan Tab-nya, tengah belajar keras di mobil, di sela-sela perjalanan kami dengan medan jalan yang kurang bagus,” demikian isi tulisan Esther Kamlasi Siregar.
Esther mengakui bahwa Simon Petrus Kamlasi adalah sosok pembelajar. Mungkin lantaran itu, Simon Petrus Kamlasi kini bisa meraih prestasi yang luar biasa, terutama jenjang karirnya di militer.
“Beliau memang sedang serius belajar dan belajar mengoptimalkan diri, seakan-akan memang motto Siaga 24 Jam telah melekat dalam dirinya dan beliau harus siap,” demikian lanjutan tulisan Esther Siregar.
Dalam tulisannya, Esther juga menegaskan bahwa sebagai mantan prajurit, kesungguhan Simon Petrus Kamlasi untuk mengabdi tak perlu diragukan lagi.
“Tentu saja sebagai mantan tentara, jangan diragukan lagi urusan pengabdian terhadap negara dan rakyat,” tegas Esther.
Rupanya di tengah keseriusan sang suami, Simon Petrus Kamlasi, saat membaca melalui gadgetnya, Esther Siregar diam-diam merekam gambar aktifitas belahan jiwanya itu.
“Beginilah keseriusan suamiku dalam mengerjakan sesuatu, selalu fokus dan bertanggung jawab. Bukan pertama kali aku melihatnya seperti ini, tapi memang seperti inilah keseharian SPK sebenarnya,” tulis Esther.
Kemudian ia menyambung, “Mengapa aku selalu membela dan mendukung suamiku? Ya karena aku tahu bahwa apa yang diperjuangkannya tulus untuk mengangkat Provinsi asalnya, NTT ini dari zona kemiskinan.
Selain itu masa mudaku, aku juga pernah terlibat dalam urusan kegiatan sosial atau kemanusiaan. Tentu saja aku mendukungnya penuh,” ungkap sosok ramah dan murah senyum ini.
Esther juga menilai, dengan kondisi Provinsi NTT seperti sekarang ini, dibutuhkan pemimpin yang kreatif dan bisa bergerak cepat dalam mengeksekusi program-program yang telah ditetapkan.
“Tetapi memang masa 5 tahun seandainya SPK terpilih nanti, kinerja untuk Provinsi harus langsung dengan kecepatan tinggi. NTT telah lama tertinggal jadi butuh percepatan, bukan biasa-biasa saja. Kehadiran SPK dan Wakilnya Andre Garu harus membawa perubahan besar terhadap kehidupan di NTT nantinya,” harapnya.
Esther bahkan menyebut bahwa data BPS menggambarkan NTT sebagai salah satu provinsi paling miskin di republik ini. Karena itu dibutuhkan pemimpin yang tangguh, punya komitmen kuat untuk membangun, serta memiliki hati untuk mengabdi dan melayani masyarakat.
“Menurut data BPS, NTT merupakan Provinsi termiskin ke 4 dari bawah setelah Papua Pegunungan, Papua Tengah, dan Papua Barat. Jelas untuk pemimpin berikutnya tidaklah mudah karena harus mampu juga menyelesaikan beban hutang NTT sebesar Rp 1,3 T. Ketika aku tanyakan ke suamiku dan mengingatkannya saat awal beliau niat dan nekat maju mencalonkan diri sebagai Gubernur NTT. Suami menjelaskan bahwa beliau punya cara sendiri untuk menyelesaikannya,” sebut Esther.
Lalu Esther menutup tulisannya dengan ungkapan, “Ora et Labora” dan sepenggal doa singkat, “Semoga NTT Nyata Tuhan Tolong. Amin. Pikirku dalam hati, mendukung SPK maju adalah PERKARA IMAN, menjadi penutup renunganku pagi ini. Semangat SPK.”
Tulisan Esther Siregar ini tentu saja melukiskan suasana hati dan pikiran para istri ketika sedang menopang perjuangan sang suami. Sudah pasti, tak pernah ada istri yang akan membiarkan suaminya berjuang sendirian.
Lebih dari itu, ungkapan hati Esther dalam tulisannya, juga menunjukkan cintanya yang sama besarnya seperti sang suami terhadap provinsi yang ia sebut ‘Nyata Tuhan Tolong” ini. Dan di mana ada cinta, di mana ada kasih, di sana ada kekuatan, juga ada harapan yang besar.**
Oleh: Joe Radha