Terkait Tarif Masuk TN Komodo, Ketua Komite Ekraf NTT Harap Masyarakat Berpikir Positif

Ketua Komite Ekonomi Kreatif (Ekraf) Provinsi NTT, Aloisius Bria Nahak (NL)

KUPANG – Ketua Komite Ekonomi Kreatif (Ekraf) NTT, Aloisius Bria Nahak, mengungkapkan bahwa pemerintah tidak mungkin berniat buruk, apalagi berkeinginan untuk menyengsarakan rakyatnya.

Hal itu diungkapkan Alo Bria usai menjadi narasumber pada kegiatan Pertemuan Bakohumas IV Lingkup Pemprov NTT yang dilaksanakan oleh Biro Administrasi Pimpinan Sekretariat Daerah Provinsi NTT di Hotel Ima, Kota Kupang, Kamis (11/08/2022).

Bacaan Lainnya

Alo Bria berpendapat, apapun yang menjadi kebijakan pemerintah, dalam hal ini pemerintah Provinsi NTT, tentunya dengan harapan untuk membangun provinsi ini, terutama untuk menyejahterakan rakyat.

“Untuk membangun NTT tercinta ini, kita semua terutama kita di NTT ini harus berpikir positif. Berpikir positif dari sisi sosial kemasyarakatan, juga berpikir positif dari sisi kebijakan pemerintah. Kalaupun ada kebijakan pemerintah yang dirasa perlu didiskusikan, bisa kita diskusikan bersama,” ucap Alo Bria.

Menurut Alo, pemerintah tentu akan menyediakan ruang untuk menyamakan persepsi, mencari titik temu jika ada kebijakan yang oleh masyarakat dianggap ada persoalan.

“Mari kita bicarakan bersama, mari kita satukan persepsi untuk membangun NTT ini, terutama untuk memajukan sektor pariwisata,” ujar Alo.

Sebagai pelaku atau orang yang menyediakan jasa pariwisata, Alo mengungkapkan bahwa pelaku pariwisata memang butuh kepastian untuk usaha dan kegiatan mereka. Oleh karena itu, terkait kenaikan tarik Taman Nasional (TN) Komodo, memang perlu dijelaskan secara baik sehingga masyarakat, terutama para pelaku pariwisata pun memahaminya dengan baik pula.

Sebagai pelaku pariwisata, Alo mengatakan bahwa dirinya mendukung kenaikan tarif masuk TN Komodo dan Pulau Padar, dengan catatan bahwa harus dijelaskan secara baik kepada para pelaku pariwisata dan masyarakat pada umumnya.

“Jelaskan secara baik dan terperinci sehingga tidak harus disosialisasikan berulang-ulang dan juga selalu menimbulkan perdebatan,” pungkasnya. (JR)

 

Pos terkait