KUPANG – Ketua RT 11/RW 005, Kelurahan Sikumana, Kecamatan Maulafa, Kota Kupang, Petrus Bere, memimpin warganya mengerjakan rabat beton jalan di wilayah RT-nya.
Menurut Ketua RT yang biasa disapa Peter itu, pembangunan rabat beton sepanjang kurang lebih 600 meter ini murni swadaya, tanpa bantuan pemerintah.
Ia mengatakan, selama 26 tahun ruas jalan yang sedang dikerjakan itu tidak pernah diperhatikan oleh siapapun, termasuk pemerintah.
“Jalan ini sudah 26 tahun tidak pernah ditengok oleh siapapun, baik pihak kelurahan maupun Pemerintah Kota Kupang. Masyarakat harus rela berjalan di atas batu-batu karang ini selama bertahun-tahun,” ujar Peter kepada sejumlah awak media yang datang meliput, Minggu (18/9/2022).
Sebagai Ketua RT, kata Peter, dirinya kemudian berinisiatif untuk melakukan komunikasi dengan warga guna mencari solusi terbaik.
“Puji Tuhan, setelah berkomunikasi, kemudian ada jalan. Kami mendapat pertolongan dari Tuhan. Tuhan bilang kamu punya dana ada di sini. Jadi, dana semua itu dari Tuhan, bukan dari siapa-siapa,” ujarnya.
Peter juga menegaskan bahwa tidak ada unsur politik apapun dalam pengerjaan rabat beton jalan itu. Semuanya murni dari kerelaan dan keikhlasan seluruh warganya.
“Hari ini kami gotong royong mengerjakan jalan ini secara swadaya, tanpa unsur politik apapun. Ini murni dari RT bersama warga,” tegasnya.
Peter pun mengapresiasi antusiasme warga yang hadir untuk bahu-membahu mengerjakan rabat beton jalan di lingkungan tersebut.
“Saya apresiasi warga yang sudah datang untuk bekerja, walaupun belum semuanya datang. Mungkin ada yang masih terhambat dengan urusan lain. Tetapi saya pastikan mereka akan hadir semua. Sebab, target kita, jalan ini harus segera diselesaikan,” terangnya.
Ia berharap, semoga pemerintah bisa memperhatikan pembangunan infrastruktur jalan di wilayahnya, karena masih beberapa titik yang belum diselesaikan.
“Jadi ada tiga lokasi yang kita kerjakan. Dua ruas jalan sudah selesai, dan masih tinggal satu titik yang belum diselesaikan,” tandasnya.
Bernardus Boro Tokan, salah satu warga RT 11 yang hadir saat itu juga menegaskan bahwa ruas jalan yang dikerjakan merupakan swadaya dari masyarakat RT setempat.
“Karena kalau mau tunggu bantuan dari pemerintah itu lama. Jadi kita masyarakat memilih untuk mencari cara lain, dan sementara ini kita swadaya saja,” ungkapnya.
Menurut Tokan, sejak tahun 1994 ia berdomisili di wilayah RT 11, sudah menjadi hal yang biasa wilayah mereka tidak diperhatikan oleh Pemerintah Kota Kupang, khususnya dalam hal akses jalan.
“Jalan ini dari dulu tidak ada perubahan sama sekali. Jadi, daripada tunggu pemerintah, kita swadaya saja, mungkin dengan begini ada respon dari pemerintah. Kita berterima kasih kepada Bapak RT yang telah berusaha untuk mencari dana dari berbagai sumber yang mau membantu kami sehingga jalan ini bisa diperbaiki. Terima kasih juga kepada media yang sudah datang meliput,” ujarnya.
Barnabas berharap setelah jalan-jalan itu diperbaiki, mudah-mudahan Pemkot Kupang bisa membantu mereka untuk menyediakan lampu jalan, dan membereskan jalan-jalan yang belum dikerjakan.
Salah seorang warga RT 11 yang menghuni rumah di bagian paling belakang (terisolir) wilayah itu, mengaku sangat gembira karena pada tahun sebelumnya, Petrus Bere juga sudah mengusahakan akses jalan ke tempat mereka tinggal.
“Sebelumnya kami harus melintas di pekarangan orang karena tidak ada akses jalan ke rumah kami. Tapi tahun lalu, Pak RT berkomunikasi dengan kami, juga tuan tanah. Lalu kami duduk bersama dengan tiga tuan tanah itu untuk mencari solusi. Puji Tuhan, akhirnya para tuan tanah itu memberikan tanahnya untuk akses jalan. Sekarang kami sudah punya akses jalan ke rumah,” tuturnya. (JR)