NUSALONTAR.COM – Ende – Perkumpulan Pelaku Pariwisata Moni – Kelimutu (PPPMK) mendatangi kantor DPRD Ende untuk menyampaikan langsung kepada wakil rakyat kabupaten Ende terkait fenomena surutnya permukaan air yang terjadi di danau Kelimutu, tepatnya pada “Tiwu Ata Bupu” pada Senin (24/05/2021).
Kepada anggota DPRD Ende PPPMK menyampaikan venomena surutnya permukaan air pada danau “Tiwu Ata Bupu” itu terjadi sejak dua tahun terakhir dan saat ini dasar danau sudah mulai terlihat. Permukaan air surut sekitar 5 meter.
Di hadapan Ketua DPRD Ende dan segenap anggota DPRD Ende yang hadir PPPMK juga menampilkan foto dan vidio keadaan air danau yang memang terlihat dangkal dan tidak seperti biasanya. Disampaikan pula bahwa bau belerang semakin menyengat dari “Tiwu Ata Bupu” seiring dengan surutnya air danau.
Menanggapi penyampaian PPPMK, pimpinan dan anggota DPRD Ende menyampaikan rasa prihatinnya atas surutnya air danau kebanggaan masyarakat kabupaten Ende yang merupakan destinasi pariwisata Nasional itu.
Untuk itu DPRD kabupaten Ende secara kelembagaan akan menggelar Rapat Dengar Pendapat (RDP) pada selasa 25 Mei 2021 dengan menghadirkan para pihak yakni Taman Nasional Kelimutu (TNK), Dinas Pariwisata Kabupaten Ende, Dinas Lingkungan Hidup (DLH), Sokoria Geothermal Indonesia (SGI), Vulkanologi, Camat Kelimutu dan Camat Ndona Timur.
Ketua DPRD Ende Feri Taso menyampaikan bahwa masalah ini adalah masalah serius jadi harus diambil langkah segera. Pihaknya juga akan mengundang pihak SGI dalam RDP untuk mendengarkan penjelasan dari pihak SGI terkait hasil penelitian yang dilakukan sebelum melakukan pengeboran di panas bumi Sokoria.
“Ini masalah serius dan harus kita sikapi segerah, Besok kita akan undang juga SGI supaya mereka bisa jelasakan hasil penelitian mereka sebelum ada pemboran disana. Karena bisa jadi itu terjadi karena aktifitas pengeboran di sokoria.” ucap Fery.
Ketua Komisi III DPRD Kabupaten Ende Vinsen Sangu pada kesempatan yang sama menyampaikan bahwa pihaknya akan segera menyikapi hal tersebut dengan menyampaikan informasi awal kepada Bupati pada rapat paripurna dan akan menggelar RDP dengan menghadirkan para pihak terkait.
“Saya kira ini penting untuk kita sikapi, sikap kita bapa ibu sekalian, dengan mendengarkan pandangan dan pendapat yang berkembang, maka kami DPRD pada rapat paripurna nanti kami akan menyampaikan informasi kepada bapa Bupati Ende dan kita juga akan melakukan rapat dengar pendapat dengan menghadirkan TNK sebagai instansi yang diberi kepercayaan oleh Negara untuk memberikan penjelasan di awal, kita juga akan menghadirkan BLHD sebagai pemberi ijin untuk mendengarkan pandangan mereka. Memang saat ini kita tidak bisa memvonis apakah ini disebabkan oleh aktifitas Sokoria Geothermal tetapi sescara kasat mata terlihat ketika ada aktivitas di sana, ada penurunan debit air di “Tiwu Ata Bupu”, kita juga akan menghadirkan Dinas Pariwisata untuk mendengarkan pandangan pemerintah terkait hal ini.” ucap Vinsen.
Selain itu, DPRD Ende juga akan membentuk Pansus untuk melakukan kajian terhadap persoalan yang terjadi termasuk mendorong pemerintah pusat untuk melakukan penelitian terkait fenomena surutnya permukaan air danau tersebut.
Ketua PPPMK, Hans Bata Samsaman, saat diwawancarai usai pertemuan dengan DPRD Ende menyampaikan bahwa sebelum ke DPRD pihaknya telah ke TNK untuk menyampaikan hal yang sama agar segera mengambil langkah terkait berkurangnya debit air pada “Tiwu Ata Bupu”.
Menurutnya, kejadian ini telah mengganggu aktivitas pariwisata yang ada di Danau Kelimutu.Maka dirinya berharap agar pihak terkait segera mengambil langkah untuk melakukan kajian terkait fenomena yang terjadi, apakah disebabkan oleh fenomena alam ataukah karena faktor lain.
“Sebelum ke dewan, kami sudah ke Taman Nasional terlebih dahulu menyampaikan aspirasi tentang persoalan yang saat ini terjadi di kabupaten Ende kususnya di daerah pariwisata Kelimutu berkaitan dengan penurunan debit air. Kejadian itu yang agak sedikit mengganggu kegiatan pariwisata yang ada di sana dan hari ini dari kelompok kami datang ke sini, menyampaikan aspirasi bahwa kajian apa yang kita butuhkan untuk berikan penjelasan bahwa ini, apa penyebabnya, apakah gejala alam? Kalau ini gejala alam kita mau bilang apa, kalau misalnya ada penyebab lain yang menyebabkan debit air di dalam danau menurun yang perlu diketahui jawaban bagaimana”, kata Hans.
Dirinya menyampaikan bahwa pihaknya telah berulang kali menyampaikan hal ini kepada pihak TNK dan Vulkanologi namun hingga saat ini tidak ada tindakan apa-apa. Dirinya berharap agar semua pihak memiliki perhatian yang sama agar obyek wisata alam itu dapat terjaga dengan baik.
Sebagai pelaku pariwisata di taman nasional Kelimutu dirinya mengatakan bahwa fenomena seperti ini baru terjadi saat ini dan jika tidak segera disikapi bisa saja air danau tersebut bisa menjadi kering.
Menurutnya pihaknya sebelumnya telah memprediksikan bahwa akan ada dampak bagi danau Kelimutu jika ada pengeboran di Mutu Busa namun menurut kajian ilmiah yang disampaikan bahwa aktifitas tersebut tidak akan berpengaruh kepada Danau Kelimutu, tetapi kajian ilmiah tersebut bersifat interen harusnya sebuah kajian disampaikan secara terbuka ke publik.
“Kami masyarakat disana sudah prediksikan bahwa pastinada gangguan-gangguan yang terjadi dan hari ini terbukti saat di sana selesai pengeboran sudah ada gangguan,” ucapnya.
Dirinya berharap agar kajian ilmiah selanjutnya dilakukan oleh lembaga independen agar dapat memberikan informasi yang pasti kepada publik terkait penyebeb terjadinya penurunan air danau sehingga tidak menimbulkan keresahan.
“Ya, kita berharap penelitian oleh lembaga independen lah yang kiranya dapat memberikan informasi yang pasti terkait penyebab turunya debit air, agar tidak jadi keresahan, apakah itu karena gejala alam atau ada penyebab lain, kalau memang gejala alam kita mau bilang apa tetapi kalau ada penyebab lain siapa yang akan bertanggung jawab,” pungkasnya. (Fery/JR)