Workshop Penulisan Naskah Film, Ikhtiar Untuk Angkat Pesona NTT Melalui Film

Para narasumber kegiatan Workshop Penulisan Naskah Film yang dilaksanakan di UPTD Taman Budaya NTT (NL)

NUSALONTAR.COM

KUPANGNusa Tenggara Timur sangat kaya akan banyak hal. Keanekaragaman budaya, alamnya yang indah, kekhasan adat istiadatnya, dan masih banyak lagi pesona yang dimiliki provinsi ini. Pesonanya tidak akan habis untuk dieksplorasi jika kita ingin mengangkatnya dalam bentuk film dokumenter maupun fiksi.

Bacaan Lainnya

Hal itu dikatakan oleh Toni Trimarsanto, Produser/Sutradara Film, Ketua Asosiasi Dokumentereis Nusantara pada pembukaan kegiatan Workshop Penulisan Naskah Film yang diadakan oleh Direktorat Perfilman, Musik, dan, Media (Dit. PMM) bekerja sama dengan UPTD Taman Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Provinsi NTT, Jumat (15/10/2021).

Workshop yang akan dilaksanakan selama tiga hari ini (15-17 Oktober 2021) mengangkat tema “Representasi budaya membentuk karakter generasi milenial”, dengan sub tema “Cerita di balik pesona budaya NTT’.

Kepala UPTD Taman Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Drs. Kurniawan Sofyan, M.M, pada acara pembukaan mengatakan bahwa ada banyak sekali film, baik dokumenter maupun fiksi, namun sangat sedikit yang mengangkat tentang pesona NTT.

“Atas dasar itu, Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan melalui Direktorat PMM merasa penting dan merasa peduli terhadap kehidupan perfilman di NTT. UPTD pun menyambut dengan tangan terbuka pelaksanaan kegiatan Workshop Penulisan Naskah Film ini. Bahkan tahun 2022 nanti UPTD Taman Budaya akan adakan lomba penulisan dan pembuatan film dokumenter yang mengangkat tentang pesona budaya NTT”, terangnya.

Kepala UPTD Taman Budaya Dinas Pendidikan dan Kebudayaan NTT, Drs. Kurniawan Sofyan, M.M (NL)

Ia juga mengatakan bahwa kegiatan workshop seperti ini sangat penting dilakukan untuk memotivasi para pegiat perfilman di NTT, terutama kaum milenial untuk turut ambil bagian dan berpartisipasi dalam mengembangkan budaya NTT di bidang perfilman.

Sementara itu, Pamong Budaya bidang Perfilman, Dit. PMM, Marlina Yulianty, yang pada kegiatan workshop didapuk sebagai moderator, saat diwawancarai media di sela-sela kegiatan menyampaikan bahwa sebetulnya sudah banyak yang bergelut di dunia perfilman, namun entah kenapa program-program dari pusat belum tersampaikan ke pegiat film dari NTT.

“Saya sudah dua kali datang ke NTT untuk urusan perfilman ini, dan sejauh saya lihat, teman-teman di NTT ini sudah banyak yang bergelut di bidang perfilman. Hanya saja, mungkin karena keterbatasan informasi, sehingga program apapun yang ada di pusat, sepertinya kurang tersampaikan di sini,” tuturnya.

Pamong Budaya bidang Perfilman, Dit. PMM, Marlina Yulianty (NL)

Marlina mengatakan bahwa sebetulnya Direktorat PMM punya banyak kegiatan yang menarik, namun dari data yang ada, pendaftar dari Indonesia timur biasanya sangat kurang.

“Kami juga kurang paham, apakah informasinya tidak tersampaikan atau bagaimana, padahal kami juga sudah menggunakan platform-platform media sosial, selain membuat rilis di media cetak dan segala macam untuk mempromosikan program kami, untuk menstimulasi teman-teman di daerah untuk mendapatkan peluang yang lebih besar,” jelasnya.

Marlina juga mengungkapkan bahwa sebetulnya Direktorat PMM sangat terbuka untuk penawaran kerja sama atau kolaborasi antara pusat dan daerah, contohnya adalah worksohop yang diadakan kali ini.

“Saat ini kita sudah punya kanal nih, misalnya Indonesiana TV, nah, kontennya yang mesti diperkuat. Kita adakan workshop ini, untuk meramu cerita, menggali potensi cerita yang ada di NTT supaya bisa dijadikan konten, supaya bisa lebih banyak lagi produksi-produksi film yang menarik dari NTT,” paparnya.

Rahabi Mandra, salah satu narasumber paling muda dalam kegiatan ini, mengungkapkan bahwa Indonesia masih kekurangan penulis skenario, terutama dalam mengangkat pesona budaya di berbagai daerah.

“Kita ini masih kekurangan tenaga, terutama dalam penulisan skenario khususnya. Masih terbatas sekali, sehingga masih sebatas gitu-gitu aja, maka kualitasnya juga gitu-gitu aja. Masih sangat ditunggu-lah penulis skenario dari NTT, sutradara dari NTT, Produser dari NTT, bahkan investor, sponsor, UMKM bisa terjun ke situ. Itu bukannya tidak mungkin, itu sangat mungkin dilakukan,” ujar Direktur Kreatif Temata Studios itu.

Ditanya soal kiat-kiat menjadi penulis skenario film, Sutradara dan Penulis Skenario itu menjelaskan bahwa semua orang pasti punya cerita di kepalanya masing-masing, tinggal dituangkan dalam bentuk tulisan.

“Tipsnya sederhana saja, mulai dari satu kata. Hari ini satu kata, besok satu kalimat, satu paragraf, besoknya lagi satu sinopsis, terus saja, akhirnya berangkat shooting. Banyak yang punya pikiran, nulis itu susah, gak mau gerak, gak pernah dimulai. Padahal untuk bisa menghasilkan sesuatu harus mulai dengan langkah pertama. Sekarang teknologi juga sudah sangat membantu, jadi harusnya kita bisa lebih produktif,” pungkasnya.

Salah satu peserta dari Komunitas Teater Plus – Kupang, ketika dimintai pendapatnya tentang kegiatan ini, menyampaikan rasa terima kasihnya kepada Direktorat PMM dan UPTD Taman Budaya. Ia mengatakan bahwa selama dirinya bergelut di dunia teater dan perfilman, baru kali ini mendapatkan kegiatan seperti ini di NTT.

“Tentu saja ini kegiatan yang sangat bermanfaat untuk kami. Semoga kegiatan seperti ini bisa terus dilakukan sehingga kami juga bisa meningkatkan kualitas dan produktifitas di bidang perfilman untuk mengangkat pesona NTT,” ujarnya.

Workshop Penulisan Skenario Film ini menghadirkan empat orang narasumber dan dua moderator. Sebagai narasumber: Toni Trimarsanto – Produser/Sutradara Film, Ketua Asosiasi Dokumentereis Nusantara; Rahabi Mandra – Penulis Skenario/Sutradara, Direktur Kreatif Temata Studios; Piter Kembo – Sutradara/Penulis Skenario, Koordinator Asosiasi Film Dokumenter Nusantara di NTT; dan Drs. Kurniawan Sofyan. Sedangkan moderatornya: Marlina Yulianty dan Adriana Dida. (JR)

Pos terkait