KUPANG, NL – Yayasan Peduli Keluarga Harapan (PEKAN) menggelar kegiatan Sharing Session tahun 2023 dengan tema: “Pendampingan Proposal Matching Fund 2023”.
Sharing Session ini dilaksanakan pada Selasa, 21 Februari 2023, mulai Pukul 09.00 hingga 13.00 WITA.
Kegiatan yang dilakukan via daring ini diikuti oleh dosen-dosen dari beberapa perguruan tinggi (PT) negeri dan swasta yang ada di Kota Kupang dan beberapa daerah di luar NTT seperti Malang dan Bandung.
Dalam sambutan pembukaan, Ketua Panitia Pelaksana, Adelbertus Nahak, Dosen Psikologi di LP3I Kupang, mengatakan bahwa kegiatan ini bertujuan untuk mendampingi dosen-dosen, khususnya yang ada di Kota Kupang, agar bisa mempersiapkan diri dengan baik untuk bisa mengajukan Proposal Matching Fund 2023.
Proposal Mathcing Fund, kata Adelbertus, merupakan bentuk nyata dukungan dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) Republik Indonesia untuk menciptakan kerjasama dan sinergi strategis antara Insan Perguruan Tinggi (lembaga perguruan tinggi) dengan mitra.
Salah satu Tentor Lembaga Bimbel Taruna Akademia ini berharap agar kegiatan ini bisa menjadi salah satu sarana bagi para dosen untuk saling belajar menyiapkan strategi yang tepat agar proposal yang disiapkan para dosen dapat terpilih.
Narasumber utama dalam kegiatan Sharing Session ini adalah Siska Martina, S.Kep, MNS, salah satu dosen di Universitas Sari Mutiara Indonesia di Provinsi Sumatera Utara. Siska Martina merupakan salah satu Pemenang Mathcing Fund 2022.
Mengawali paparannya, Siska membagikan pengalamannya saat memulai proses untuk mengajukan Proposal Matching Fund.
Ia mengungkapkan, berdasarkan sharing pengalaman dari para peserta, beberapa proposal yang pernah dikirim selalu gagal bahkan saat masih dalam seleksi proses administrasi.
Menanggapi fakta ini, dengan segudang pengalaman membuat proposal penelitian, Siska menjelaskan bahwa poin penting dari seleksi administrasi adalah kesesuaian dan kelengkapan data.
Sebagai para pengaju Proposal Matching Fund, lanjutnya, peserta harus lebih dahulu mampu memahami persyaratan apa yang dibutuhkan oleh pemberi fund, karena jika ada ketidaksesuaian data, proposal akan langsung ditolak.
Ia menambahkan, saling sharing pengalaman bisa meminimalisir kesalahan saat proses pembuatan proposal, walau menurutnya masih banyak yang enggan melakukan sharing karena khawatir idenya akan ditiru orang lain.
“Sharing ide itu sebenarnya sangat baik. Jangan kita takut ide kita dicuri, karena, walaupun ditiru seperti apapun kita tetap yang paling tahu ide kita itu seperti apa,” jelas Siska.
Di akhir presentasinya pada sesi pertama, dosen cantik yang masih berstatus lajang ini juga dengan senang hati membagikan tips dan trik yang perlu diperhatikan para pemburu Mathciing Fund 2023. Hal ini dimaksudkan agar proposal yang diajukan bisa menarik dan sesuai dengan kebutuhan dan visi mitra yang ingin diajak kerjasama.
Kegiatan yang berlangsung selama kurang lebih 2 jam ini dipandu langsung oleh salah satu dosen muda berprestasi FKIP Matematika Universitas San Pedro Kupang, Florianus Alosius Nay.
Selain pemaparan mengenai langkah-langkah dalam membuat proposal, ada juga sesi review proposal yang bagi peserta yang sudah punya proposal yang hampir siap.
Satu proposal yang mendapat review dalam kegiatan ini adalah Proposal milik Sefri Falo, salah satu staff pengajar di Universitas San Pedro, Kupang.
Proposal yang direview ini berjudul ”Pengembangan Sistem Cerdas Artificial Inteligence Emisi Gas Buang untuk Akuisisi Data dalam Upaya pencegahan Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) di NTT”.
Sebagai narasumber utama, Siska Martina kembali memberi masukan, koreksi, dan saran atas draft proposal yang sudah disiapkan ini.
Pada sesi diskusi, terlihat antusiasme penanya dan penanggap yang terekam dalam kegiatan ini. Ini menandakan bahwa kegiatan seperti ini menjadi kebutuhan yang sudah dinantikan para pemburu proposal Matching Fund yang ada di Kupang bahkan juga di daerah-daerah lain.
“Menarik sekali materinya, terima kasih kami sampaikan bagi pihak penyelenggara karena kesempatan seperti ini memang sangat jarang bisa kita temui di NTT, apalagi diselenggarakan secara gratis. Bagi kami para dosen ini jadi sarana kami untuk belajar menerapkan pola pembelajaran di era Kampus Merdeka ini,” ujar Erwin Bria, salah satu peserta yang saat ini sedang menjalani pendidikan doktoral di Universitas Pendidikan Bandung (UPI).
Kegiatan ini sejatinya merupakan salah satu bentuk kegiatan rutin yang diselenggarakan oleh Divisi Pendidikan Yayasan Peduli Keluarga Harapan (PEKAN).
Melihat animo dari peserta dan juga permintaan dari para peserta untuk bisa diselenggarakan lagi, Alex Andiwatir selaku Direktur Yayasan mengatakan bahwa tidak menutup kemungkinan untuk kegiatan ini bisa diselenggarakan lagi di masa yang akan datang.
“Yang penting dari pertemuan ini adalah bagaimana seluruh peserta merespon kegiatan ini. Perlu ada tindak lanjut dari peserta setelah mengikuti pertemuan pertama ini, jika nanti diselenggarakan lagi, harapannya sudah banyak peserta yang datang dengan draft proposal ditangan agar bisa kita sharing bersama,” tandas Alex.*