Problem Katekese Di Tengah Pandemi Covid-19

Ilustrasi
Ilustrasi

OpiniNusalontar.com

Oleh: Alfonsus Ligori Tafuli*

Bacaan Lainnya

Pengantar

Sejak terdeteksi muncul pertama kali di Wuhan, China, pada bulan Desember 2019, Pandemi virus corona atau Covid-19 kini telah menyebar ke hampir seluruh penjuru dunia. Virus corona merupakan virus yang menyerang saluran pernafasan dan menyebabkan demam tinggi, batuk, flu, sesak nafas serta nyeri tenggorokan bahkan kematian.

Menurut WHO (World Health Organization), Covid-19 menular dari orang ke orang. Caranya dari orang yang terinfeksi virus corona ke orang yang sehat. Penyakit ini menyebar melalui tetesan kecil yang keluar dari hidung atau mulut ketika mereka yang terinfeksi virus bersin atau batuk. Virus corona juga bisa menyebar ketika tetesan kecil itu dihirup oleh orang sehat ketika berdekatan dengan yang terinfeksi corona.

Penyebaran virus ini sangatlah cepat hingga memakan banyak nyawa di berbagai negara. Bahkan virus telah menyebar juga ke Indonesia, awal mulanya warga Indonesia yang positif terjangkit virus corona hanya 2 orang, namun penyebaran virus ini yang begitu cepat sehingga setiap hari ada saja orang yang terjangkit virus ini.

Berdasarkan informasi dari Kompas.com mengenai perjalanan covid-19 di Indonesia terlihat statistik yang semakin hari semakin banyak orang yang tertular virus tersebut (28/07/2020). Bahkan kasus di Indonesia lebih banyak daripada di China. Hal ini membuat pemerintah Indonesia khawatir, dan berupaya untuk mengatur beberapa aspek sosial agar kasus covid-19 di Indonesia dapat menurun.

Akibat dari maraknya virus corona ini berbagai hal maupun aktivitas hampir seluruhnya dikerjakan dari rumah, baik sekolah, kuliah, kerja ataupun aktivitas yang lainnya. Bahkan tempat beribadah pun terpaksa ditutup demi mengurangi penyebaran virus corona ini. Berbagai cara telah dilakukan oleh pemerintah, seperti physical distancing, lockdown, bahkan di beberapa daerah pun telah diberlakukan PSBB (pembatasan sosial berskala besar). Namun masih banyak masyarakat yang tidak mematuhi peraturan tersebut hingga akhirnya penyebaran virus ini tak terkontrol.

Dengan adanya PSBB, interaksi sosial dalam segala bentuknya akhirnya harus dibatasi atau bahkan ditiadakan demi mencegah penyebaran covid-19 ini. Kegiatan keagamaan/rohani pun turut terkena imbasnya. Kegiatan yang mengumpulkan orang banyak, seperti Missa, bina iman, katekese, sharing kitab suci, devosi serta perkumpulan lingkungan/wilayah, akhirnya harus mengikuti ketentuan yang ditetapkan oleh Pemerintah maupun Gereja dalam hal ini keuskupan setempat.

Konsekuensi yang muncul kemudian, yakni bahwa beberapa kegiatan harus menyesuaikan aturan protokol kesehatan yang dihimbau Pemerintah kalau tidak, ditiadakan. Missa yang biasanya dilakukan di gereja akhirnya dengan secara terbatas dan dengan bantuan teknologi yang ada sekarang disesuaikan sehingga Missa terjadi bahkan berlangsung secara online atau streaming.

Persoalan yang muncul adalah tentang kesiapan sumber daya yang ada, baik itu ketersediaan alat komunikasi/teknologi yang memadai maupun sumber daya manusia yang mengoperasikannya, dan yang terpenting ialah persoalan dana/uang. Kegiatan pelayanan yang lain seperti katekese dalam hal ini Sharing Kitab Suci, devosi dll, tentunya mau tidak mau harus menyesuaikan diri, kalau tidak memilih untuk ditiadakan di masa pandemi ini.

Katekese

Berdasarkan asal katanya, Katekese berasal dari kata Yunani Katechein. Bentukan dari kat yang berarti pergi atau meluas, dan dari kata Echo yang berarti menggemakan atau menyuarakan keluar. Kata ini mengandung dua pengertian. Pertama, katechein berarti pewartaan yang sedang disampaikan atau diwartakan. Kedua, katechein berarti ajaran dari para pemimpin. Istilah katechein yang banyak digunakan secara umum lama kelamaan diambil alih oleh orang-orang kristen. Mereka menjadikan istilah tersebut sebagai kerangka dalam bidang pewartaan Gereja, yakni mewartakan Kristus.

Dalam ajaran apostolik Catechesi Tradendae, Paus Yohanes Paulus II menegaskan bahwa, katekese ialah pembinaan anak- anak, kaum muda, dan orang- orang dewasa dalam iman, yang khususnya mencakup penyampaian ajaran kristen, yang pada umumnya diberikan secara organis dan sistematis, dengan maksud mengantar para pendengar memasuki kepenuhan hidup kristen (Catechesi Tradedae 18).

Dengan kata lain, katekese adalah usaha-usaha dari pihak Gereja untuk menolong umat agar semakin memahami, menghayati, dan mewujudkan imannya dalam kehidupan sehari-hari. Di dalamnya terdapat unsur pewartaan, pengajaran, pendidikan, pendalaman, pembinaan, pengukuhan serta pendewasaan. Metode yang sesuai perlu dicarikan agar katekese dalam ragam bentuknya beragama hati pendengar dan berbuah nyata.

Katekese Kontekstual

Katekese kontekstual bukanlah hal baru yang mau manggantikan katekese yang sudah ada sampai sekarang, yakni katekese umat. Sebaliknya bahwa katekese kontekstual berusaha untuk menyempurnakan katekese sebelumnya agar semakin dihidupi dan semakin menjawab kebutuhan umat.

Katekese kontekstual merupakan suatu cara baru agar sebuah katekese sungguh sesuai dengan konteks umat. Maksudnya ialah supaya katekese dapat relevan sesuai dengan situasi yang dihadapi umat. Dalam hal ini, tentunya setiap umat memiliki kebutuhan yang berbeda-beda. Sehingga katekese juga harus bisa mengerti situasi yang dihadapi oleh umat tersebut. Maka dibutuhkan suatu katekese yang bisa menjawabi kebutuhan umat tersebut.

Katekese kontekstual adalah sebuah aktivitas mewartakan sabda Alah dalam ruang lingkup di mana memungkinkan iman itu tumbuh dan berkembang yang dilaksanakan secara kontekstual yakni sesuai dengan kebutuhan, situasi dan kondisi saat ini dan sesuai pula dengan kebutuhan umat saat ini.

Dari pengertian ini, menjadi jelas bahwa katekese kontekstual tidak bisa dilepaskan dari situasi konkrit yang sedang terjadi dalam hidup umat. Situasi tersebut memungkinkan untuk terjadinya katekese supaya umat semakin menyadari iman mereka kepada Allah. Katekese yang sedianya dilakukan secara berkelompok dalam satu pertemuan nyata mengalami pembatasan di masa pandemi ini, alasan kesehatan menjadi salah satu faktor kegiatan seperti katekese harus ditiadakan. Lalu kira-kira langkah macam apa yang dapat ditempuh untuk mengantisipasi hal ini? Untuk sementara, salah satu cara yang dapat ditempuh Gereja yakni dengan memanfaatkan teknologi terkini dalam pelaksanaan karya pastoral ini.

Katekese Virtual/Online

Sejak munculnya Covid-19, virus ini menjadi salah satu ancaman baru bagi Gereja dalam upaya menumbuh-kembangkan iman umat dan juga untuk melaksanakan/melanjutkan misi Kristus di dunia. Akibat Covid-19 pemerintah langsung merespon dengan sebuah peraturan baru yaitu Physical Distancing untuk mencegah penularan Covid-19 agar tidak meluas di kalangan masyarakat.

Tentu saja, ada yang hilang pada masa pandemi ini. Tidak terjadi lagi pastoral perjumpaan. Umat tidak lagi menghadiri Perayaan Ekaristi secara utuh. Umat tidak menyambut Tubuh dan Darah Kristus saat komuni, tetapi berganti komuni batin, yang mungkin mereka sendiri tidak memahaminya. Tidak ada lagi pertemuan dari rumah ke rumah pada Bulan Maria ataupun katekese. Ada kemungkinan bahwa di Indonesia penurunan covid-19 akan lebih lambat, maka dari itu memikirkan metode baru bagi pelayanan pastoral adalah sesuatu yang tepat.

Melihat perkembangan zaman yang penuh dengan kecanggihan tekhnologi, semestinya Gereja memandang hal ini sebagai sarana yang efektif berguna untuk kepentingan pelayanan. Sehingga pelayanan pastoral tetap dapat dilaksanakan dengan efektif meskipun dalam keadaaan pandemi covid-19. Hal terpenting di dalam pelayanan ini adalah tidak meninggalkan eksistensi dan esensinya, di mana gereja menjadi sarana menjangkau jiwa dan fungsi pastoral sebagai penyembuh; penopang; pembimbing; dan memperbaiki hubungan.

Adapun hal yang dapat dilakukan untuk melaksanakan kegiatan pastoral secara efektif pada masa pandemi yakni dengan memanfaatkan perkembangan teknologi yang ada.

Menggunakan Media Sosial/Aplikasi Terkini

Sosial media adalah sarana yang paling tepat dengan keadaan pandemi covid-19 seperti sekarang ini. Beberapa aplikasi pendukung yang dapat digunakan yakni: Zoom, Google Meet, Whatsapp, Facebook, dll. Aplikasi tersebut memungkinkan kegiatan rohani seperti katekese dapat berjalan walaupun dalam bentuk yang berbeda yakni pertemuannya dilakukan secara virtual/online tidak dengan kontak fisik.

Hal ini memungkinkan peserta katekese dapat mengikuti katekese dari rumah masing-masing. Oleh karenanya melalui media sosial/aplikasi ini komunikasi tetap dapat dilakukan dengan memperhatikan physical distancing. Meskipun penggunaan media sosial /aplikasi ini memiliki kekurangannya, yaitu sangat bergantung pada sinyal dan data yang dimiliki. Hanya saja, secara fungsi pastoral, media sosial sekiranya menjadi sarana yang tepat untuk tetap melakukan kegiatan pastoral di tengah situasi pandemi.

Meskipun begitu ada persoalan yang cukup serius bagi Gereja kini yakni bagaimana Gereja mengoptimalkan potensi dan kreativitasnya berhadapan dengan situasi yang serba terbatas seperti kondisi kritis saat pandemi covid-19 ini. Apalagi ada fakta bahwa warga Gereja/umat yang kurang memanfaatkan rumah sebagai tempat pembinaan rohani dalam hal ini katekese. Hal ini disebabkan kurangnya keterampilan keluarga melakukan tugas-tugas pembinaan baik secara praktis maupun teologis. Masalahyang lain adalah banyaknya program pembinaan yang berpusat di gereja, sehingga menyita waktu keluarga.

Dalam masa Pandemi Covid-19, mengharuskan bergereja dari rumah sesuai dengan anjuran pemerintah. Seharusnya jika dimaksimalkan rumah juga dapat dijadikan sebagai tempat pembinaan warga gereja. Optimalisasi rumah sebagai tempat pembinaan warga gereja dilakukan dengan cara memperluas dimensi fungsi rumah yang bukan saja sebagai tempat tinggal, melainkan sebagai tempat mendidik, tempat beribadah dan berlangsungnya komunitas iman. Apalagi di tengah masa pandemi ini di mana hampir semua kegiatan sedapat mungkin dilakukan di rumah masing-masing.

Penutup

Gereja tidak dapat dilepaskan dari kegiatan pastoral. Gereja ada guna mengumpulkan serta menjangkau jiwa-jiwa, berikutnya kegiatan pastoral secara fungsinya bekerja untuk menyembuhkan manusia secara utuh, menopang, membimbing, serta memperbaiki hubungan. Oleh karenanya tidak dapat dipungkiri bahwa katekese menjadi salah satu sarana untuk karya pastoral dalam hal ini pewartaan kepada sesama.

Katekese merupakan sebuah aktivitas mewartakan sabda Allah dalam ruang lingkup di mana memungkinkan iman itu tumbuh dan berkembang yang dilaksanakan secara kontekstual yakni sesuai dengan kebutuhan situasi dan kondisi saat ini dan sesuai pula dengan kebutuhan umat saat ini. Dalam proses berkatekese tentunya ada banyak rintangan.

Meskipun telah dibuat suatu rancangan katekese, namun dalam prakteknya terkadang tidak sesuai dengan rancangan tersebut. Sehingga dalam proses katekese dibutuhkan suatu metode dan model yang tepat supaya katekese benat-benar menjadi kontekstual dan sesuai dengan kebutuhan dan harapan umat.

Masa pandemi covid-19 semestinya tidak menjadi penghalang bagi gereja Tuhan untuk tetap melakukan kegiatan pastoral, akan tetapi menjadi suatu tantangan untuk peningkatan metode kegiatan pastoral yang kontekstual agar dapat dilaksanakan dalam kondisi apapun.**

Alfonsus Ligori Tafuli
Alfonsus Ligori Tafuli

*Penulis adalah Mahasiswa Fakultas Filsafat, Universitas Katolik Widya Mandira, Kupang

 

Pos terkait