Berjalan Bersama Tanpa Merusak

 

OASE – Saya baru saja dikirimi oleh teman suster orang Filipina selembar foto atas permintaan saya, ketika saya melihat ia memosting foto tersebut. Foto tersebut menarik bagi saya, sehingga saya memintanya untuk mengirimkan kepada saya.

Bacaan Lainnya

Foto tersebut menarik karena memberikan satu permenungan bagi saya sendiri atas misi Gereja yang mengajar bukan untuk mencuci otak agar membenci yang lain, yang mengajar bukan hanya melahirkan kekaguman tetapi mengajar sebagai berjalan bersama tanpa merusak, namun memperkenalkan.

Foto tersebut adalah suster dengan seorang anak kecil yang baru dibaptis seminggu yang lalu yang juga mengenakan pakaian suster sambil berjalan bersama menuju gereja paroki Kenaikan Tuhan. Dua hal yang menarik. Berjalan bersama sebagai jalan memperkenalkan kehidupan membiara sebagai seorang suster dan berjalan bersama menuju rumah Tuhan, sebagai jalan memperkenalkan rumah Tuhan kepada sang anak tersebut.

Sebuah cara sederhana tanpa harus dengan serangkaian kata dan kalimat yang panjang untuk menjelaskan yang belum tentu juga ditangkap dan dipahami oleh anak tersebut tetapi dengan simbol tanpa merusak pemikiran dan pemahaman anak tersebut melainkan sebagai sebuah penanaman benih iman bagi anak tersebut dalam peziarahan hidupnya sebagai seorang Katolik.

Foto tersebut mengingatkan saya akan tema sinode Gereja 2023; “Berjalan Bersama” bukan semata mendengarkan untuk sampai pada satu tujuan yang sama, tetapi lebih dari itu adalah semangat dan itikad baik untuk tidak merusak. Perjalanan ke Emaus bisa mengingatkan kita akan hal ini. Segala pembicaraan selama perjalanan menuju ke Emaus dinyatakan dan dibuka dalam satu tindakan simbolis Yesus Kristus yang mengambil roti, mengucap berkat dan memecah-mecahkannya dan memberikan kepada mereka. (Bdk. Luk 24:30).

Sebuah tindakan simbolis dari Yesus sebagai cara untuk memperkenalkan Diri-Nya kepada dua orang murid yang membicarakan-Nya. Tindakan simbolis ini juga yang saya temukan dalam foto tersebut. Foto tersebut mengingatkan saya bahwa anak itu akhirnya mengenal kehidupan membiara melalui pakaian yang dikenakan dan pada akhirnya setia mengunjungi rumah Tuhan melalui kunjungannya dengan suster tersebut ke paroki Kenaikan Tuhan.

Jika kita semua menyadari bahwa berjalan bersama adalah cara mengajar tanpa merusak maka disana ada ketaatan dan kesetiaan. Kita tidak hanya berjalan bersama dijalan yang sama untuk satu tujuan yang sama dengan cara kita masing-masing, tetapi lebih dari itu adalah berjalan bersama tanpa merusak apapun keinginan dan kehendak masing-masing.

Tujuan berjalan bersama dalam kesetiaan dan ketaatan adalah memperkenalkan Tuhan dengan cara yang sederhana namun mampu mengobarkan semangat untuk tetap mencintai Tuhan dan Gereja dengan segala ajarannya.

Manila: 14-Oktober 2022
Tuan Kopong msf

Pos terkait