Dosen Sekolah Tinggi Pertanian Flores Bajawa (STIPER FB), Umbu A. HamakondaBAJAWA, nusalontar.com | Dosen Sekolah Tinggi Pertanian Flores Bajawa (STIPER FB), Umbu A. Hamakonda, berhasil mengelola produk tepung Ubi Jalar Ungu sebagai upaya pencegahan stunting di Kabupaten Ngada.
Umbu menjelaskan, Ubi Jalar Ungu adalah salah satu pangan lokal yang memiliki kandungan karbohidrat yang tinggi sebanyak 27,9 gram dan mengandung antosianin yang baik untuk kesehatan.
“Dengan kandungan karbohidrat yang tinggi dan antonsianin yang baik, Ubi Jalar Ungu sangat baik dikonsumsi oleh balita sebagai upaya mencegah dan mengatasi stunting,” tegasnya.
Atas kepedulian terhadap persoalan stunting di Kabupaten Ngada, Umbu yang juga menjadi mitra Puskesmas Mangulewa, Kabupaten Ngada, dan penerima pendanaan DRTPM Kemendikbud Ristek Dikti RI ini melakukan inovasi membuat tepung Ubi Jalar Ungu.
Proses pengolahan tepung Ubi Jalar Ungu, kata Umbu, juga sangat mudah.
“Ubi Jalar Ungu pertama-tama diiris, lalu dijemur hingga kering. Kemudian irisan Ubi Jalar Ungu yang kering digiling menjadi tepung lalu dikemas dengan kemasan plastik yang memiliki standar food grade yang aman,” terangnya.
Menurut Umbu, tepung Ubi Jalar Ungu dapat diolah menjadi makanan tambahan bagi anak-anak, baik diolah sebagai bubur maupun olahan kue.
Kini tepung Ubi Jalar Ungu yang ia hasilkan telah dikonsumsi oleh tiga orang sasaran stunting di Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada.
Ia mengharapkan, tepung Ubi Jalar Ungu yang ia hasilkan dapat menjangkau sasaran stunting di seluruh Kabupaten Ngada dan dapat memberi dampak signifikan untuk masyarakat.
“Harapan saya adalah tepung Ubi Jalar Ungu ini dapat menjangkau seluruh sasaran stunting di seluruh kabupaten Ngada dan dapat mengentaskan persoalan stunting di wilayah Ngada,” ucapnya.
Umbu melihat potensi Ubi Jalar Ungu cukup besar di wilayah Kabupaten Ngada. Dalam penelitiannya di wilayah Kecamatan Golewa Barat, Kabupaten Ngada, ia melihat Ubi Jalar Ungu tumbuh hampir di tiap halaman rumah dan kebun masyarakat.
Namun sayang, potensi Ubi Jalar Ungu yang besar ini belum menjadi pilihan makanan baik untuk mencegah stunting maupun sebagai makanan pengganti beras.
Dosen yang juga menjabat sebagai Kaprodi Agroteknologi Stiper Flores Bajawa itu menjelaskan bahwa Ubi Jalar Ungu, selain untuk mencegah stunting, dapat pula dibudidaya sebagai pengganti beras, jagung, maupun pisang.
Mengingat saat ini hama menyerang tamanan pisang hampir di seluruh wilayah Ngada dan juga sering terjadi gagal tanam dan maupun gagal panen, maka Ubi Jalar Ungu menjadi pilihan pangan lokal bagi masyarakat.
“Saat ini sering terjadi perubahan iklim yang ekstrim yang berdampak pada gagal tanam maupun gagal panen, termasuk hama yang masif menyerang pisang maka Ubi Jalar Ungu bisa menjadi pilihan yang baik sebagai sumber pangan masyarakat”, katanya.
Ia merekomendasikan agar Ubi Jalar Ungu dibudidayakan dan dijadikan sebagai pengganti beras maupun pisang, karena Ubi Jalar Ungu memiliki keunggulan tersendiri yakni tahan panas dan tahan perubahan iklim. Selain itu, waktu tanamnya sangat pendek yakni untuk daerah dingin waktu tanamnya berkisar 3 bulan, sedangkan untuk daerah panas berkisar 90-100 hari.**