Kelas Inspirasi, Cara Yayasan Arnoldus Wea Ajak Generasi Muda NTT Miliki Cita-cita

 

NUSALONTAR.COM

Bacaan Lainnya

KUPANG – Yayasan Arnoldus Wea kembali menyelenggarakan Kelas Inspirasi Arnolduswea Foundation pada Sabtu (11/09/2021). Minggu sebelumnya (04/09/2021), kegiatan yang sama (batch I) juga berlangsung secara daring dengan sukses.

Kegiatan ini merupakan wujud konsistensi Yayasan Arnoldus Wea dalam visinya membangun Sumber Daya Manusia(SDM) muda di Provinsi Nusa Tenggara Timur, khususnya di bidang pendidikan, sebab yayasan ini juga fokus pada misi lain bidang pariwisata, kesehatan, dan masalah kemanusiaan pada umumnya.

Seperti kegiatan sebelumnya, Kelas Inspirasi batch II ini juga menghadirkan narasumber dari beragam profesi. Karena sasaran utama kegiatan ini adalah pelajar SMP-SMA, maka untuk menjalin keakraban, setiap pemateri dan pemandu kegiatan disapa dengan Kakak atau Kak sebelum menyebut nama mereka.

Kakak-kakak narasumber memperkenalkan seperti apa pekerjaan dalam profesi yang mereka geluti. Mereka juga mengisahkan bagaimana awalnya mereka tertarik pada panggilan hidupnya tersebut, serta strategi yang ditempuh untuk bisa menggapainya.

Kegiatan ini masih dilaksanakan secara virtual dengan bantuan media Zoom, serta disiarkan secara langsung atau bisa ditonton ulang via Youtube AW Visual. Kegiatan ini dipandu secara langsung oleh Co-founder Yayasan Arnoldus Wea yang berkolaborasi dengan penata acara Kak Reinard L. Meo.

Kak Arnoldus Wea, dalam keterangan awalnya menjelaskan antusiasme peserta pada batch II ini tidak kalah mengagumkan dari kegiatan pertama. Kali ini tidak hanya berasal dari institusi pendidikan menengah dari NTT dan beberapa wilayah lain di Indonesia, tapi juga diikuti mahasiswa dari beberapa perguruan tinggi. Jumlah pendaftar yang terdata panitia mencapai 653 orang.

Selanjutnya Kak Arnoldus Wea yang akrab disapa Kak Aldo menjelaskan konsep acara secara umum. Kak Aldo lebih dulu memberi kesempatan narasumber untuk memperkenalkan diri secara singkat, lalu dia menggali informasi lebih lanjut terkait profesi maupun kisah sukses mereka.

Ada tiga pertanyaan utama yang memantik setiap narasumber untuk membagikan kisah inspiratifnya.

Pertama tentang gambaran pekerjaan yang mereka lakukan sehari-hari sesuai profesinya masing-masing.

Kedua mengenai hambatan yang pernah mereka alami selama proses mengejar impian atau saat mulai bekerja, dan ketiga terkait bagaimana peran keluarga dalam menopang perjalanan sukses mereka.

Kak Gerry mendapat kesempatan pertama untuk berbagai inspirasi. Sehari-hari, pria bernama lengkap Garry Rosario da Gama, S.IP., M.Pubpol itu, bekerja sebagai ASN di Pemkab Sikka, khususnya pada bidang perencanaan.

“Pekerjaan saya lebih banyak berkaitan dengan pembahasan anggaran,” jelas alumnus IPDN tersebut.

Dulunya Kak Gerry bercita-cita menjadi dokter, ingin mengikuti jejak sang kakek, dr.T.C. Hillers, yang kini diabadikan sebagai nama RSUD di Maumere. Dia mengaku sempat mengikuti proses tes masuk ke Fakultas Kedokteran, namun tidak dilanjutkan lagi karena terkendala biaya.

Gerry muda akhirnya kembali, lalu memulai mimpi baru menjadi praja di IPDN. Setelah lulus, dia kemudian dipercayakan menjadi lurah pada usia yang terbilang cukup muda saat itu.

Menurutnya, kalau mau jadi praja IPDN, selain memiliki kemampuan akademis yang baik, seseorang juga perlu mempersiapkan fisik, mental, dan sikap loyal yang kuat.

Jauh sebelum itu dan selama menjadi lurah dan jabatan lain setelahnya, Kak Gerry juga punya impian lain untuk melanjutkan pendidikan magister di luar negeri. Namun, dia sempat memendam impian itu selama kurang lebih 9 tahun. Ketika muncul keberanian untuk memulainya, dia mendapat banyak sekali tantangan, bahkan dari orang-orang terdekatnya.

“Saat saya mengundurkan diri dari jabatan supaya fokus mengejar impian kuliah lanjut, banyak orang tertawa,” ungkap Gerry sambil menambahkan, “mereka bilang kalau rencana itu gagal, maka percuma saja melepaskan jabatan strategis yang sedang diemban saat itu.”

Kak Gerry tidak peduli dengan semua tantangan tersebut, dia tetap fokus untuk menggapai mimpinya. Dia belajar lebih giat, minta restu dan doa orang tua, hingga akhirnya bisa mendapatkan kesempatan meraih Australia Awards Scholarship. Sebentar lagi dia juga akan melanjutkan studi pendidikan Doktor.

“Jangan pernah menyerah dalam hidup,” demikian prinsip utama yang diyakini Kak Gerry.

Selain itu, dia juga mengakui dan meyakini peran orang tua dan keluarga sangat besar dalam hidup serta kesuksesannya. Karena itu, Kak Gerry mengaku selalu berusaha meluangkan waktu untuk bisa ada bersama keluarga.

Tokoh inspiratif kedua yang dihadirkan Yayasan Arnoldus Wea adalah dr. M. E. Shanti Feranandez, Sp.B. Dokter spesialis bedah di RSUD Bajawa itu disapa Kak Shanti saja selama Kelas Inspirasi Arnolduswea Foundation berlangsung.

Kak Shanti menghadapi banyak sekali tantangan saat menjalani pendidikan dokter, bahkan ketika sudah bekerja. Dulu ketika mejalani residensi studi spesialis bedah di Unpad Bandung, dia mengaku pernah 4 hari menjalani praktik di rumah sakit tanpa pernah pulang ke kos.

Pada hari kelima, Kak Shanti akhinya dibolehkan pulang ke kos-kosan. Saat hendak membuka pintu kamarnya untuk segera beristirahat, tiba-tiba ada telepon dari senior yang meminta dirinya segera kembali ke rumah sakit.

“Saya sudah tidak tahan saat itu,” kenangnya dengan suara bernada sedih.

“Rasanya mau pulang kampung saja,” lanjutnya.

Kemudian Kak Shanti menelpon mamanya, dia mencurahkan semua perasaannya. Mamanya hanya berusaha untuk menenangkan, lalu mengingatkan kembali tentang pilihan hidup. Setelah peristiwa itu Kak Shanti makin kuat menghadapi tantangan, termasuk yang kerap dirasakan saat kembali bertugas di tanah kelahirannya.

“Kita harus mencintai pilihan diri sendiri,” pesannya untuk adik-adik peserta.

Kalau sebelumnya Yayasan Arnoldus Wea menghadirkan polisi, Kelas Inspirasi Arnolduswea Foundation batch II ini ada seorang tentara. Kak Jojo, begitu sapaan dari Kapten Inf. Yulius Siregar.

Keluarga Kak Jojo bisa dibilang cukup akrab dengan profesi yang bersemboyan “NKRI Harga Mati” ini. Ayahnya dulu seorang tentara, gugur dalam kecelakaan helikopter saat bertugas di Timor Timur yang kini bestatus sebaga Negera Timor Leste. Adiknya juga seorang tentara, namun kurang lebih bernasib sama seperti ayah mereka—dia gugur bersama tenggelamnya KRI Nanggala 402.

Saat kecil, Kak Jojo mengaku sebagai anak yang paling disayang, sehingga dirinya sangat dimanjakan oleh orang tuanya. Begitu ayahnya meninggal, dia sempat kehilangan harapan, namun dia segera berdoa untuk diberikan kemampuan menjalankan amanat orang tua.

“Kamu harus menjadi tentara yang hebat,” itulah nasihat sang ayah yang terus memenuhi kepalanya sejak kecil.

Kak Jojo kemudian menjadikan ayahnya sebagai teladan utama. Selama dia berjuang meraih impiannya itu, dia tidak pernah alpa meminta doa restu ibu. Dia juga bersyukur saat ini mendapatkan seorang istri yang terus mendukung dan mendoakannya selama bertugas.

Kak Jojo sendiri memiliki pengalaman panjang bertugas sebagai TNI. Dia pernah bertugas di daerah perbatasan, pernah menjadi Paspampres dengan penugasan ke berbagai negara di luar negeri, dan kini dipercayakan sebagai Kasi Ops Brigif Mekanis 1 Pam Ibukota/JS.

Bagaimana pengalaman menjadi pramugari? Kelas Inspirasi Arnolduswea Foundation menghadirkan Kak Yanna Yurilia untuk memberi gambaran tentang profesi yang bertugas dalam pesawat terbang itu.

Kak Yanna sebenarnya lulusan sarjana pendidikan, tapi pada akhirnya dia merasa nyaman bekerja sebagai pramugari. Dia menjelaskan kalau menjadi pramugari sebenarnya cukup dengan lulus SMA atau bisa juga setelah lulus kuliah.

“Kalian bebas memilih,” kata mantan pramugari Singapore Airlines tersebut.
“Tapi, sebaiknya raih dulu pendidikan setinggi mungkin,” imbuhnya.

Kak Yanna menjelaskan tugas pramugari secara detail, mulai dari persiapan dari rumah sebelum berangkat ke bandara hingga kembali lagi ke rumah. Banyak persiapan dan tugas yang harus dikerjakan, intinya bertujuan memberi rasa aman dan nyaman bagi penumpang selama penerbangan.

Kalau mau jadi pramugari, modal utama menurut Kak Yanna adalah semangat.

“Pede (percaya diri) saja dulu!,” ajaknya.

Kak Yanna tidak sepakat dengan anggapan kalau jadi pramugari itu harus berparas cantik. Baginya itu pandangan kuno dan jelas keliru, sebab cantik itu sangat relatif. Standar kecantikan tiap orang berbeda-beda.

“Jadi pramugari bukan semata soal fisik,” lanjut pramugari yang kini bertugas di Saudi Airlines itu.

“Kepribadian juga sangat menentukan. Belajar bahasa Inggris juga, tidak harus lancar sekali, tapi harus percaya diri,” ucap dia.

Kak Emanuel Melkiade Laka Lena juga menjadi tamu inspiratif yang diundang dalam Kelas Inspirasi Arnolduswea Foundation. Kak Melky mengaku pernah dua kali menolak kesempatan untuk menjadi PNS, sebuah pekerjaan yang sangat didambakan jutaan orang di luar sana. Tapi pada akhirnya dia bersyukur, saat ini bisa berada pada posisi yang membanggakan: Wakil Ketua Komisi IX DPR RI.

Menurut Kak Melky, kesuksesan seseorang itu ditentukan oleh banyak variabel. Mulai dari foktor dirinya sendiri, faktor orang tua, keluarga, teman, lingkungan rumah dan sekolah, dan masih banyak lagi.

“Tapi dari sekian banyak faktor itu,” Kak Melky memberi peringatan, “faktor diri sendiri yang paling besar pengaruhnya.”

Karena itu, setiap orang, khususnya siswa-siswi yang hadir pada kesempat itu, sebaiknya berani bermimpi dan berusaha mewujudkannnya. Kak Melky sangat mengapresiasi Yayasan Arnnoldu Wea yang telah menyelenggarakan kelas inspirasi seperti ini.
Harapannya, anak-anak kelak bebas menentukan pilihannya tanpa paksaan orang tua dan keluarganya.

Kak Melky juga berharap para guru terus meningkatkan kemampuan dan kompetensinya. Lingkungan sekolah dan guru juga memberi pengaruh yang cukup besar bagi siswa-siswi dalam menentukan pilihan atau menetapkan mimpi yang bebas nampun tetap bertanggung jawab.

Sesi diskusi disambut antusias oleh peserta. Kak Reinard L. Meo memandu khusus siswa-siswi untuk bertanya. Mereka menanyakan berbagai hal, tapi salah satu yang paling dominan berkaitan dengan beasiswa atau biaya perkuliahan.

Kelas Inspirasi Arnolduswea Foundation itu berakhir sekitar pukul 16.00 WITA. Kak Arnoldus Wea menyampaikan bahwa yayasan yang dikelolanya bersama tim akan terus-menerus melahirkan program inovasi yang bermanfaat bagi siswa maupun guru di NTT.

Selain bidang pendidikan, Yayasan Arnoldus Wea juga terus konsisten bekerja pada bidang pariwisata, kesehatan, dan masalah sosial di NTT. (JR/msd)

Pos terkait