Ooleh:Keisya Foeh
(Siswa Kelas IX SMPN 5 Kupang Barat Satu Atap)
Cerpen | Mentari belum meninggi. Kicauan burung pun masih kudengar. Pagi itu dengan hati gembira aku pergi ke sekolah. Sepanjang perjalanan kusapa orang-orang yang kutemui. Sampai aku tiba di sekolah dengan wajah yang ceria.
“Pagi,” salamku pada teman-teman di kelas.
Mereka membalas salamku beramai-ramai. Kelas seketika ramai dengan canda tawa kami. Bel masuk berbunyi pertanda pelajaran pertama akan segera dimulai. Aku segera duduk menunggu guruku. Tak berselang lama, guruku yang cantik dan menawan itu pun masuk kelas.
“Selamat pagi anak-anak!” sapa bu guru dengan senyuman khasnya.
“Pagi, Bu!” jawabku bersama teman-teman lainnya.
“Kita awali pelajaran dengan sebuah games ya… agar kalian tidak bosan,” kata bu guruku sambil memperhatikan kami satu per satu.
Bu guru membagi kami menjadi beberapa kelompok. Kami ditugaskan untuk mencatat hal-hal penting yang didapatkan dalam games yang dimainkan tersebut. Kami sangat menikmati permainan tersebut.
Dalam hati aku berkata, “Aku bersyukur mempunyai guru yang baik hati”. Semoga teman-temanku juga merasa apa yang kurasakan.
Guruku mengajar dengan penuh kasih. Ia sangat baik, walau badannya kecil, tapi pengorbanannya besar. Ia mengajarkan hal-hal baik dan positif. Berkatnya juga aku mengerti banyak hal.
Hari ini, ibu guru cantikku itu merayakan hari istimewanya. Ia bersama para guru di seluruh Indonesia. Ya, hari ini 25 November 2023 adalah Hari Guru Nasional. Hari spesial bagi guru cantikku itu.
Di sekolahku tidak ada perayaan Hari Guru Nasional yang meriah. Namun, sukacita dan kebahagian yang kurasakan bersama teman-teman melebihi anak-anak sekolah di perkotaan. Maklum saja, sekolah kami di desa dan tak ada hadiah istimewa untuk para guru kami. Kami hanya mampu menyediakan sedikit hidangan makan siang bagi mereka. Walau yang kami sajikan tak sebanding dengan apa yang mereka berikan, tapi percayalah kami menghidangkannya dengan penuh cinta.
Hari ini senyuman guru cantikku itu semakin mempesona. Aku menatapnya berulang kali dan senyumnya membuat hatiku semakin meleleh.
Guruku….
Kau bagai rembulan di malam gelap
Selalu menerangi langkahku
Kau adalah pahlwan tanpa tanda jasa
Yang selalu kukenang sepanjang hidupku
Didikanmu mutiara tak ternilai bagiku
Beriku harapan ‘tuk meraih cita-cita
Bukan sekadar pujian, bukan pula sekadar kata-kata pemanis. Sungguh aku berterima kasih dan bersyukur atas ketulusan hatimu. Terima kasih telah mendidikku dengan sabar dan ikhlas. Doaku, semoga engkau lulus menjadi guru P3K tahun ini.
Selamat Hari Guru.**