LEWOLEBA – Berdasarkan laporan Pos Pengamatan Gunung Api (PPGA) Lembata terkait gunung Ile Lewotolok yang kembali mengalami erupsi pada Rabu, 28 Juli 2021 dini hari sekitar pukul 00.24 Wita disertai dentuman yang cukup besar dengan kolom abu mencapai 1000 meter di atas kawah gunung dan lontaran lava pijar sejauh 700-800 meter ke arah selatan barat daya yang menyebabkan kebakaran lahan di sekitar lereng gunung, maka sejumlah relawan di Kabupaten Lembata terlibat mengatasi kebakaran hutan di sekitar lereng gunung Ile Lewotolok, pada Kamis (29/07/2021).
Tim yang terlibat dalam aksi tersebut terdiri dari TSR (Tenaga Suka Relawan) PMI Kabupaten Lembata, Pramuka Kwarcab Lembata, Forum PRB Kabupaten Lembata. Hadir pula pada kesempatan itu yakni pemerintah desa dan masyarakat setempat. Kegiatan itu terlaksana pada Pukul 10.00 sampai pukul 14.30 WITA.
Sejumlah relawan ini beraksi untuk membuat jalur api yang berada di sekitar lereng gunung khususnya di sekitar kampung (rumah adat) Lewohala di desa Todanara, Kecamatan Ile Ape Timur dan rumah adat suku Tedemaking yang berlokasi di desa Kolontobo, Kecamatan Ile Ape.
“Kondisi sekitar kampung adat ini memang berstatus zona merah dan menjadi titik penyebaran api sehingga kami berupaya untuk membuat jalur api di sekitar lereng, ujar Handrianus K. Belutowe, selaku Koordinator TSR PMI Lembata kepada wartawan via WhatsApp pada Jumat (30/07/2021).
Selain itu, Handrianus menjelaskan bahwa dalam operasi di sekitar rumah adat itu terkendala beberapa faktor:
1. Status Gunung Ile Lewotolok yang berstatus Level tiga atau siaga dan dalam radius 3 KM dari puncak gunung sehingga tidak ada aktivitas masyarakat, maka membuat tim penuh kewaspadaan saat melaksanakan kegiatan,
2. Informasi dari aparat desa yang kurang akurat yang menyebabkan tim berpindah lokasi dan aktifitas di lapangan dilaksanakan tidak lama,
3. Keterbatasan peralatan yang di bawa oleh tim (alat potong).
Semua tim relawan akhirnya bergerak dari desa Kolontobo menuju ke kota Lewoleba, pada pukul 14.30 WITA. (*)