Untuk Saudara Terkasihku Daniel Mananta: Katolik Tidak Menyembah Berhala

Daniel Mananta dan Sandra Dewi (Foto: Facebook Tuan Kopong)

OASE – Saya yakin-seyakinnya; saudaraku Daniel Mananta adalah seorang Katolik sejati. Bahkan dalam warta di penakatolik.com terungkap bahwa Daniel Mananta kini lebih religius karena berkat Tuhan yang diberikan kepadanya. (bdk. Alasan Mengapa Daniel Mananta Kini Lebih Religius, penakatolik.com, January-1-2022). Bahkan kereligiusannya sebagai seorang Katolik ia ungkapkan lewat tindakan nyata dengan mendirikan sebuah Kapel St. Yohanes Pembaptis Stasi Wae Mata, Paroki Rangga, Lembor-Keuskupan Ruteng (bdk. Di Hari Pentekosta, Daniel Mananta Resmikan Gereja yang Dibangunnya di Flores, floresa.com, 24-Mei-2015).

Namun saya kemudian tersentak ketika pernyataannya yang mengamini pernyataan UAS yang mengatakan bahwa salib ada jin kafir dan patung Yesus sama dengan menyembah berhala. Daniel mendasarkan dirinya pada Kitab Nabi Yesaya 44:13-20. Kita semua tahu bahwa Daniel Mananta pernah mengadakan diskusi bersama dalam podcast Daniel Mananta Network (Daniel Tetangga Kamu) sekitar Agustus 2022 yang lalu. Dalam podcast tersebut dibicarakan juga soal salib dan patung yang dihormati oleh umat Katolik.

Bacaan Lainnya

Saya secara pribadi tidak mempermasalahkan Daniel Mananta mau mewawancarai siapapun termasuk dengan UAS bahkan Rizieq sekalipun. Karena itu adalah hak dia. Namun menjadi masalah ketika dari diskusi tersebut kemudian menjadi pandangan UAS yang bukan seorang Katolik untuk menuduh bahkan menghakimi keimanan Katolik. Disinilah Daniel terpeleset sangat dalam. Sebagai seorang Katolik bukannya Daniel menggunakan ajaran-ajaran resmi Gereja untuk menyampaikan pendapatnya, tetapi menggunakan pandangan orang dari agama lain untuk menyatakan “salah” terhadap keyakinan dan iman agamanya sendiri dengan mengatakan bahwa dalam salib Yesus ataupun patung ada unclean spirit atau roh kotor atau “jahat.”

Dan kalau Daniel adalah seorang Katolik sejati maka diapun seharusnya paham dan sadar bahwa dia sama sekali tidak memiliki otoritas untuk menyatakan salah atau benar terhadap sebuah pernyataan. Yang memiliki kewenangan dan otoritas untuk mengatakan salah dan benar adalah Magisterium Gereja dalam hal ini Paus dalam kolegialitas bersama para Uskup sebagai pengganti para rasul di dunia ini.

Daniel Mananta yang adalah seorang Katolik pengikut Kristus, dengan bangganya seakan-akan dia adalah seorang eksegese yang menguasai Alkitab menuding umat Kristen dalam hal ini Katolik menuduh bahwa dalam patung termasuk salib Yesus ada unclean spirit. Daniel mengajak pemirsa agar sebelum memberikan komentar atas pandangannya tersebut sebaiknya membaca dan memahami secara benar Kitab Nabi Yesaya 44:13-20. Namun sayang, ajakan Daniel tersebut tidak dibarengi dengan pemahamannya baik dan benar atas teks Kitab Nabi Yesaya tersebut.

Dasar Biblis dari Kitab Nabi Yesaya yang menjadi pendasaran Daniel Mananta mirip dengan yang biasa digunakan oleh oknum kelompok agama lain untuk melegitimasi pendapat mereka bahwa umat Katolik menyembah berhala yaitu Kitab Keluaran 20:4; “Jangan membuat bagimu patung yang menyerupai apapun yang ada di langit di atas, atau yang ada di bumi dibawah, atau yang ada di dalam air di bawa bumi.”

Kalau konteks yang digunakan hanya melulu Kitab Keluaran 20:4 maka akan menimbulkan penafsiran sesat dan menuduh umat Katolik menyembah berhala. Padahal dalam ilmu tafsir Kitab Suci, setiap ayat memiliki keterkaitan satu sama lain. Maka dalam melakukan tafsiran tetap melihat konteks seluruh ayat. Dalam arti satu ayat tidak ditafsirkan berdiri sendiri. Maka konteks dan teks menjadi sangat penting.

Dalam konteks ini, maka Kitab Keluaran 20:4 merupakan penjelasan lanjutan dari Kitab Keluaran 20:3; “jangan ada padamu allah lain di hadapan-Ku” yang hampir mirip dengan Yesaya 44:17. Ayat 4 dari kitab Keluaran 20 dan ayat 17 dari Kitab Nabi Yesaya 44 sebenarnya sudah sangat jelas bahwa yang dilarang oleh Allah adalah membuat patung Allah sendiri atau yang menyerupai-Nya karena Allah terlalu Agung maka tidak dapat digambarkan dengan apapaun yang dibuat oleh manusia. Dan dalam kedua kitab tersebut kata allah dengan menggunakan “a” kecil yang merujuk pada penyembahan berhala.

Mengapa Allah melarang membuat patung diri-Nya atau yang menyerupai-Nya? Hal itu nampak jelas juga dalam ayat 5 bahwa hanya Dia yang disembah. Artinya Katolik salah jika umat Katolik membuat patung yang menyerupai atau menggambarkan wajah Allah dan menyembah serta menghormatinya. Dalam kenyataanya, sepenjang sejarah perkembangan Gereja Katolik, tidak pernah ada patung Allah atau yang menyerupai Allah dibuat dan disembah oleh Gereja Katolik di manapun.

Dalam teks Kitab Suci berbahasa Inggris demikian bunyinya:

You must not make for yourself an idol of any kind or an image of anything in the heavens or on the earth or in the sea.” (Exodus 20:4, A New Englis Translation Of The Septuagint).

Kata “idol” dalam Webster’s Universal Dictionary And Thesaurus, halaman 261 berarti gambar atau objek yang disembah sebagai dewa atau allah. Ini sudah sangat jelas bahwa arti berhala adalah jika kita membuat allah lain dalam bentuk patung, gambar, dan benda material apa pun. Kita dapat menganggap ini sebagai tuhan palsu yang tidak dipuja oleh Katolik.

Lantas bagaimana dengan keberadaan patung para santo santa, Yesus, dan Bunda Maria di dalam gereja? Mereka adalah pengantara yang menghadirkan keselamatan Allah. Dalam Kitab Bilangan 21:8 sudah sangat jelas bahwa Tuhan meminta kepada Musa untuk membuat ular tedung dan menempatkan pada sebuah tiang agar setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya akan tetap hidup atau selamat.

Dari perikop ini sudah sangat jelas bahwa ular tedung hanyalah media, instrumen atau pengantara di mana Tuhan menunjukan kuasa dan keselamatan-Nya. Demikian juga dengan patung atau gambar Yesus, Bunda Maria serta santo dan santa merupakan pengantara antara Allah dengan manusia dan manusia dengan Allah di mana melalui pengantaraan mereka Allah menghadirkan karya keselamatan-Nya demikian juga umat manusia boleh mengalami kehadiran keselamatan Allah melalui pengantaraan mereka.

Kata memandang adalah bentuk penghormatan, penghargaan dan bukan penyembahan atau berhala. Dengan demikian sudah sangat jelas bahwa Gereja Katolik tidak menyembah berhala pada allah lain karena tidak pernah ada patung yang menyerupai wajah Allah yang diimani dan diakui di dalam Gereja Katolik.

Semoga penjelasan singkat ini menyadarkan saudaraku Daniel Mananta. Jika tidak dan akhirnya berlabuh ke pelabuhan lain hanya pesan saya; “jangan pernah menjelekan iman agamamu dan sekalipun kamu memang serius ingin mendalami keyakinan agama lain hal itu tidak mengurangi dan menambah iman kekatolikan umat Katolik karena sejatinya umat Katolik tidak pernah menyembah berhala melainkan saudaraku Daniel Mananta yang sedang “menyembah” seorang pribadi manusia biasa untuk keamanan dan kenyamanan pribadi.”

Manila: 16-November 2022
Tuan Kopong MSF

Pos terkait