Gerak Toga Wujudkan Asa Anak Lembata

 

LEMBATA – Siapa yang tak mau anaknya sehat dan cerdas? Ini pertanyaan retoris. Jawabannya sudah jelas, siapapun tak mau anaknya sakit dan bodoh.

Bacaan Lainnya

Upaya menyehatkan anak-anak bangsa tentu tak bisa lepas dari peran serta semua pihak. Pemerintah dan masyarakat harus bahu membahu mewujudkan harapan itu. Tokoh agama (toga) adalah salah satu elemen masyarakat yang tak kalah pentingnya dalam konteks ini.

Di Kabupaten Lembata, peran serta toga dalam menyehatkan anak bangsa telah menjadi sebuah kisah unik dan menarik. Di kabupaten yang terkenal dengan tradisi penangkapan ikan paus itu, para toga telah mengambil bagian secara aktif dalam mendukung tercapainya imunisasi rutin lengkap bagi semua sasaran. Peran itu diwujudkan dalam aksi-aksi nyata yang disebut sebagai “Mimbar Bergerak”.

Mimbar Bergerak bukan sekedar istilah. Di Kabupaten Lembata, terminologi ini secara nyata telah diwujudkan dalam berbagai aksi. Di Kelurahan Lewoleba Utara misalnya, para toga secara rutin melakukan komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang imunisasi kepada masyarakat. Sasaran utamanya adalah kelompok masyarakat yang masih menolak imunisasi bagi anak-anak.

Upaya ini dilakukan melalui pendekatan dari rumah ke rumah (door to door). Alhasil, kelompok sasaran yang mendapatkan KIE kemudian sadar dan mau mengimunisasi anaknya secara rutin dan tepat waktu.

Ada lagi yang unik dari inovasi Mimbar Bergerak ini. Untuk mengatasi masalah kelupaan orangtua akan jadwal imunisasi, para toga juga menjadikan mimbar sebagai alat untuk pemberitahuan informasi itu. Bahkan di lingkungan sekitar masjid, toa masjid digunakan untuk kepentingan tersebut. Selain untuk mengingatkan, diharapkan para orang tua sasaran merasa lebih “terdorong” sebab informasi itu berasal dari pemuka agamanya. Hal ini telah dan akan terus dilakukan oleh para toga secara sukarela. Semuanya demi mewujudkan mimpi anak-anak bangsa yang sehat dan cerdas.

“Untuk urusan kesehatan, semua orang pasti siap mendukung. Sudah lama kami berniat untuk terlibat secara aktif dalam mendukung program kesehatan. Kami hanya butuh ruang dan kesempatan itu,” ujar H. Abdul Latif Paokuma, toga Kelurahan Lewoleba Utara.

Strategi komunikasi dengan pendekatan Human Centered Design (HCD) memang punya banyak keunggulan. Pendekatan tersebut cocok digunakan dalam hal layanan kesehatan telah tersedia tetapi tidak dimanfaatkan oleh masyarakat pemanfaat. Selain itu, pendekatan itu juga relevan ketika faktor biaya dan waktu yang minim masih menjadi kendala pelaksanaan program.

Bukan tanpa proses, peran serta para toga ini dapat diaktualisasikan di Lembata. Kisah ini dimulai dengan adanya pengenalan Strategi Komunikasi Berbasis Manusia atau dalam bahasa Inggris disebut Human Centered Design (HCD).

Di NTT, strategi komunikasi yang terdiri atas dua belas langkah itu diperkenalkan oleh Ditjen Promosi Kesehatan Kementerian Kesehatan RI bekerjasama dengan Unicef Indonesia. Setelah tahapan ini, Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia (PKBI) NTT lagi-lagi bekerjasama dengan Unicef Indonesia untuk memfasilitasi implementasinya.

Di Kabupaten Lembata, implementasi dimulai dengan adanya pelatihan bagi para pelatih tingkat kabupaten pada 27 s/d 29 Juli 2022 yang lalu. Di saat yang hampir bersamaan tepatnya pada 28 Juli 2022 juga dilakukan sosialisasi kepada para toga dari tiga wilayah kerja Puskesmas.

Ketiganya adalah Puskesmas Lewoleba, Puskesmas Wairiang, dan Puskesmas Wulandoni. Pasca pelatihan dan sosialisasi, elemen masyarakat yang punya andil besar dalam pembangunan itu pun mulai beraksi. Tak bermaksud untuk memegahkan para toga, sesungguhnya mereka adalah elemen bangsa yang tak boleh dilupakan.

Hemat penulis, upaya pengembangan strategi komunikasi dengan pendekatan HCD seyogyanya tak berhenti sampai implementasi awal saja. Butuh pendampingan yang lebih intensif dalam tahapan implementasi. Hal ini dimaksudkan agar pendekatan itu bisa mengurat-akar dalam masyarakat. Dengan itu pula, pendekatan HCD akan dengan mudah dimanfaatkan dalam mendukung terwujudnya tujuan dari banyak program kesehatan lainnya.*

Penulis: Darius Baki Akamaking, SKM/Fasilitator HCD Kabupaten Lembata.

Pos terkait