Gus Yaqut

Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas
Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas (Foto: Ansor.id)

PerspektifNusalontar.com

Ketika Jokowi menunjuk Fachrul Razi menjadi Menteri Agama, ada harapan besar tersemat di sana. Kelompok – kelompok (minoritas) yang selama ini merasa ‘tidak dianggap’ di negeri sendiri menaruh harapan, akan ada perlakuan yang sama kepada semua warga negara, tanpa kecuali.

Bacaan Lainnya

Harapan itu bukannya tanpa alasan. Latar belakang Fachrul sebagai mantan jenderal TNI dianggap sebagai modal untuk ‘memberantas’ kaum intoleran, juga ormas – ormas bandel dan radikal. Fachrul digadang – gadang bakal bisa membungkam ormas – ormas yang merasa diri sebagai ‘negara tandingan’, ormas – ormas yang menganggap diri punya kewenangan untuk mengatur warga negara yang lain. Pokoknya Fachrul Razi pasti akan bertindak tegas.

Namun harapan itu ternyata hanyalah pepesan kosong. Alih – alih menyelesaikan persoalan akut intoleransi dan radikalisme, mantan jenderal itu malah melahirkan aneka kontroversi baru. Ujungnya, Fachrul Razi didepak dan posisinya digantikan oleh kader muda Nadhatul Ulama, Yaqut Qholil Qoumas.

Yaqut adalah Ketua Umum Gerakan Pemuda Anshor (GP Anshor), organisasi sayap dari Ormas Islam terbesar di Indonesia Nadhatul Ulama. GP Anshor selain dikenal karena sikapnya yang nasionalis – pluralis, juga sangat tegas membela hak – hak kaum minoritas.

Gebrakan – gebraka Yaqut yang bisa dicatat selama kurang lebih dua bulan menjabat sebagai Menteri Agama antara lain, menghapus diskriminasi di lingkup Kementerian Agama, menyerukan agar menjadikan agama sebagai inspirasi – bukan aspirasi, memberi ucapan Selamat Natal kepada umat Kristiani dengan bahasa religius yang sangat biblis (baca: menggunakan bahasa – bahasa Injili), mengunjungi tokoh – tokoh agama minoritas, meminta agar mendata semua tempat ibadah yang pendiriannya bermasalah; dan masih banyak lagi.

Khusus untuk Ahmadiyah dan Syiah, Yaqut Cholil Qoumas mengatakan, pemerintah akan mengafirmasi hak beragama warga Ahmadiyah dan Syiah di Indonesia. Yaqut idak ingin ada kelompok bergama, termasuk minoritas Ahmadiyah dan Syiah terusir dari kampung mereka karena perbedaan keyakinan. “Mereka warga negara yang harus dilindungi,” kata Yaqut dikutip dari Antara (24/12/2020).

Pada Yaqut Quomas kita melihat ada harapan. Kerinduan kaum minoritas untuk “dijajah” lagi di negara merdeka ini mulai ada titik terang. Pastinya, sebagai manusia Yaqut tidak sempurna. Akan selalu ada kekurangan di sana – sini. Namun apa yang telah dan sedang dilakukannya membuat kita boleh berharap bahwa Indonesia akan jauh lebih baik di masa yang akan datang.

Selamat bekerja Gus. Terima kasih telah menjaga Indonesia. Terima kasih juga karena telah menjadikan Perayaan Semana Santa sebagai Ikon Katolik Indonesia.

NusaLontar.com

 

Pos terkait