Editorial – NUSALONTAR.com
Ketika Jokowi mengangkat Arcandra Tahar, orang Indonesia berkewarganegaraan Amerika, menjadi menteri ESDM pada tahun 2016, seluruh Indonesia gaduh. Mulai dari elit politik hingga rakyat jelata ribut. Ada yang pro, ada pula yang kontra. Akhirnya Jokowi membatalkan keputusannya itu, meskipun pada akhirnya Arcandra kemudian diangkat kembali di posisi yang berbeda, yakni menjadi wakil menteri ESDM, sedangkan posisi menterinya diserahkan kepada Ignasius Jonan.
Kali ini, kasus yang mirip muncul kembali. Orient Patriot Riwu Kore, putra Sabu Raijua yang telah lama “merantau” ke Amerika Serikat (AS) dan telah menjadi warga negara AS, pulang kampung untuk mengabdi di kampung halamannya dengan bertarung pada pemilihan Bupati dan Wakil Bupati Sabu Raijua. Orient menang. Dia mampu meyakinkan masyarakat Sabu Raijua bahwa dirinya pantas untuk membaktikan diri dan melayani masyarakat Sabu Raijua.
Sialnya, Bawaslu mengendus ada ketidakberesan dalam hal administrasi. Orient ternyata memiliki kewarganegaraan ganda. Punya pasport Amerika, juga memiliki KTP Indonesia. Maka gaduhlah seluruh Indonesia. Ada yang minta pelantikannya ditunda, ada yang maunya dibatalkan saja, ada pula yang minta didiskualifikasi saja, dll. Seperti apa ujung dari polemik ini, biarlah hukum yang memutuskannya.
Lepas dari kesahihan administratif dan kepastian hukum mengenai polemik itu, kasus Orient jika dianalogikan, ibarat petani yang kebetulan kebunnya jauh, terlalu lama tinggal di kebun, lalu ketika pulang orang – orang sekampung mempertanyakan, benarkah dia ini orang kampung kita?
Tanpa mengurangi pentingnya prosedur dan hal – hal administratif, mesti diakui bahwa terlampau sering kita berdebat pada wilayah prosedural dan administratif, hingga hal – hal substansial kadangkala diabaikan.
Semua orang juga tahu bahwa Orient Riwu Kore putra Sabu Raijua. Orient juga telah berhasil meyakinkan rakyat bahwa dirinya ingin melayani masyarakat Sabu Raijua sehingga terpilih jadi Bupati. Janganlah “kertas sepotong” itu jadi batu sandungan untuk niat baiknya, menghalangi keinginannya untuk mengabdi dan melayani, juga menodai kepercayaan dan harapan rakyat yang telah ditaruh di pundaknya.
Kasus Arcandra dan Orient mestinya menjadi catatan penting bagi para pembuat regulasi, supaya anak – anak bangsa yang kebetulan bekerja di negara lain, tapi ingin pulang untuk mengabdi tanah airnya, harus diakomodir. Jangan dijadikan polemik! Warga negara asing yang kebetulan jago main bola kaki saja bisa dinaturalisasi, kenapa anak sendiri dipersulit?
Di tengah hiruk – pikuk pemberitaan tentang Orient P. Riwu Kore, seorang wartawan yang sering membuat tulisan tentang destinasi wisata menulis di laman facebooknya, “Luar biasa beberapa hari terakhir ini, Sabu Raijua akhirnya dikenal oleh seluruh orang Indonesia (bahkan dunia) akibat pemberitaan yang masif. Semua mata kini memandang Sabu Raijua Ini adalah promosi pariwisata gratis. Sabu adalah negeri para Dewa, Sabu memang eksotis.”
Apakah polemik Orient ini akan menjadi blessing in disguise? Kita lihat saja nanti!
NusaLontar.com