Ende, NUSALONTAR.com – Geliat politik kaum perempuan di Kabupaten Ende masih sangat kurang. Demikian diungkapkan oleh Herlyn Reku, bendahara Dewan Pimpinan Daerah (DPD) Partai Solidaritas Indonesia (PSI), saat melakukan diskusi ringan dengan beberapa pengurus dan simpatisan Partai Solidaritas Indonesia beberapa waktu yang lalu di sekretariat DPD PSI yang berlokasi di jalan Durian.
Menurut Herlyn, Ende membutuhkan lebih banyak lagi kader – kader perempuan yang mau secara serius terlibat di ranah politik praktis. “Lihat saja, dari 30 anggota DPRD Ende, perempuan hanya 3 orang. Secara sederhana dapat disimpulkan bahwa kaum perempuan di Ende masih merasa bahwa politik adalah ranahnya kaum pria, sehingga kalaupun ada perempuan yang terlibat dalam politik praktis, militansi dan daya gedornya masih sangat lemah,” tutur Herlyn.
Lebih lanjut Herlyn mengatakan bahwa, selain spirit dan antusiasme dari kaum perempuan sendiri yang masih kurang, ada juga faktor lain yang membuat kaum perempuan enggan untuk berpolitik. Untuk membuktikan hal itu, Herlyn pun mengungkapkan pengalaman pribadinya saat mengikuti pemilihan legislatif (pileg) pada tahun 2019 yang lalu. ” Saya berkeliling siang dan malam ke kampung – kampung di dapil 2 (daerah pemilihan 2 – red), tapi suara yang saya peroleh jauh dari target yang saya perkirakan. Menurut saya, itu salah satu bukti bahwa kepercayaan masyarakat terhadap politisi perempuan masih rendah,” ungkapnya.
Senada dengan Herlyn, Anta Nusa, wakil ketua DPD PSI Ende, yang pada pileg 2019 yang lalu ikut berpartisipasi dalam pemilihan di dapil 3, mengungkapkan bahwa dirinya pun merasakan hal yang sama. Menurutnya, politik hari ini masih mengedepankan kekuatan modal dan dikotomi gender.
Menurut Anta, meskipun secara formal peran perempuan diakomodir, namun dari sisi sosial dan kultural penerimaan terhadap partisipasi kaum perempuan masih sangat kurang. “Saya lihat, sepertinya pengakuan terhadap kualitas perempuan di kancah politik, terutama di akar rumput, masih sangat kurang,” ujar Anta.
Ada beberapa hal, menurut pandangan Anta, yang membuat kaum perempuan enggan terlibat dalam politik praktis atau menjadi caleg. “Masyarakat kita masih menganggap bahwa perempuan tidak bisa berpolitik, atau politik adalah wilayahnya kaum pria. Selain itu, peraturan atau undàng – undang yang mengatur tentang terlibatan kaum perempuan masih setengah hati, tidak sampai mengharuskn komposisi anggota dewan yg duduk dari perempuan 30 persen,” jelas Anta.
Anta juga menambahkan bahwa prosentase 30 persen untuk caleg perempuan hanya sebagai syarat belaka. “Pemberian ruang bagi perempuan untuk berpolitik praktis masih sangat kecil baik dari pembuat aturan, pemerintah, juga masyarakat masyarakat. Menurut saya, pembuat undang – undang mesti betul – betul berpikir untuk mengakomodir perempuan sebagai wakil rakyat, tidak hanya sebatas caleg,” urainya.
Atas dasar pengalaman itu, Anta dan Herlyn mengajak kaum perempuan, terutama kaum milenial untuk berjuang melawan stigma juga situasi dan kondisi yang ada. PSI memberi ruang yang amat luas kepada siapa saja, terutama kaum muda, apalagi kaum perempuan, untuk berpartisipasi membangun bangsa, membangun daerah, dengan mengambil bagian dalam politik praktis. “Kita kaum perempuan harus menunjukan bahwa kita punya kapasitas dan integritas untuk mengambil bagian dalam demokrasi, terutama di wilayah politik praktis,” tegas Anta.
Hal yang sama diungkapkan oleh Ketua DPD PSI Kabupaten Ende Awaludin Sutoro. Menurut Awaludin, dalam pileg tahun 2019, mayoritas perempuan yang diakomodir untuk memenuhi kuota 30 persen tidak bergerak maksimal. Ada juga yang bergerak maksimal namun tidak mendapatkan hasil (suara-red) yang maksimal. “Mereka yang kita akomodir, kebanyakan kesannya hanya untuk memenuhi kuota 30 persen saja, karena perolehan suaranya sangat minim. Hal itu mungkin saja terjadi karena faktor – faktor yang diungkapkan oleh Ibu Anta dan Ibu Herlyn,” tutur Awaludin.
Awaludin berharap semoga pada pileg yang akan datang muncul kader – kader perempuan yang benar – benar tangguh dan serius bertarung untuk merebut kepercayaan masyarakat. “PSI butuh kader – kader perempuan yang cerdas dan tangguh untuk bersama – sama membangun bangsa, membangun daerah,” pungkas Awaludin.
(NL/JR)