Sejumput Asa Bagi Mereka di Ujung Jalan

Kendaraan yang ditumpangi Tim Human Centered Design (HCD)

INSPIRASI – Hari masih pagi. Di ufuk timur, mentari baru sejengkal menyembul dari batas cakrawala. Kami sudah bersiap. Sigap.

Memang harus pagi-pagi. Pasalnya hari itu, Rabu, 21 September 2022 kami harus melintasi jalur yang tak biasa. Boleh dibilang ekstrim sekali. Meski jaraknya tak seberapa jauh dari pusat kecamatan, waktu tempuh ke lokasi itu bisa makan waktu 2 setengah sampai tiga jam. Itu pun dengan kendaraan yang harus benar-benar “siap”.

Bacaan Lainnya

Tobotani. Nama desa itu. Dalam bahasa daerah Lamaholot, nama itu bisa diterjemahkan sebagai “duduk menangis”. Iya, Tobotani adalah sebuah desa terpencil di wilayah kecamatan Buyasuri, Kabupaten Lembata, Provinsi Nusa Tenggara Timur. Nun jauh di sana, sebagian rakyat NKRI masih merintih. Akses terhadap pendidikan, kesehatan, listrik dan air bersih masih jauh dari harapan.

Tim Human Centered Design (HCD) tetap ceria dan semangat meski menempuh medan yang sulit

Hari itu, Tim Human Centered Design (HCD) untuk Peningkatan Layanan Imunisasi Rutin bergerak seirama. Ada Dokter Agusmiyadi, Ave Maria Kewa Ola, Adam Sabaleku, Wiwin Santri dan Satriani Alwan. Jalur jalan yang ekstrim kami lalui. Ban mobil yang kami tumpangi bahkan berkali-kali terbenam ke lumpur dan sulit untuk keluar lagi.

Meski dengan susah payah, kami akhirnya tiba di Tobotani. Kami memanfaatkan kesempatan itu sebaik-baiknya. Menyusuri lorong-lorong sempit dari satu areal ke areal yang lain. Ada banyak areal perkebunan di sana. Jarak antara yang satu dengan yang lainnya cukup jauh.

“Sweeping”. Begitulah kami namai aksi hari itu. Kami mengunjungi semua keluarga yang ada di sana. Bukan hanya penduduk desa Tobotani tapi juga penduduk desa lain yang kebetulan sedang berkebun di sana.

Alhasil, banyak bayi dan balita yang kami temui. Rata-rata dari antara mereka memang belum mendapatkan imunisasi rutin secara lengkap. Bahkan ada juga yang sama sekali tak pernah mendapatkannya.

Tak sungkan-sungkan, Perawat senior, Satriani Alwan beraksi. Berulangkali Satri -demikian ia biasa disapa- memencet ujung spoit persis di lengan atas bayi dan balita yang kami jumpai. Semua yang disuntik, selalu dicatat oleh anggota tim yang lain. Tak lupa pula kami menyampaikan informasi dan pesan-pesan kesehatan khususnya tentang imunisasi kepada para orangtuanya.

Tobotani tak boleh terus menjadi pondok ratapan. Api cinta yang membara harus terus dikobarkan bagi anak-anak di sana. Kami ingin memastikan itu. Bahwa kami akan selalu ada membawa sejumput asa bagi mereka di ujung jalan.*

Penulis: Darius Baki Akamaking, SKM. ASN Pada Dinas Kesehatan Kabupaten Lembata.

Pos terkait