Perspektif – Nusalontar.com
Aura politik di Kabupaten Ende belum memancarkan hawa positif meskipun Partai Nasdem dan lima partai koalisi MJ Jilid II (Partai Demokrat, PKS, PKB, PDIP, PKPI) telah menyepakati dan merekomendasikan Erikos Emanuel Rede sebagai calon yang bakal diusulkan ke DPRD, mendampingi calon yang diusulkan oleh Partai Golkar.
Golkar sendiri masih ‘terkatung – katung’ sendirian dengan dua nama: Herman Yosef Wadhi (Hery Wadhi) dan Dominikus Mere (Domi Mere), yang sudah dikantonginya sejak mendapat SK dari DPP Golkar beberapa bulan yang lalu.
Dengan adanya satu nama baru yang diusulkan oleh enam partai koalisi MJ Jilid II, plus dua nama dari Partai Golkar, kini ada tiga nama kandidat yang direkomendasikan. Sementara regulasi hanya memungkinkan dua nama yang bisa disodorkan. Mau tak mau, suka tak suka, Golkar harus mengeliminasi satu nama.
Namun, hingga kini Golkar ngeyel dengan dua nama yang telah ditetapkan. Menurut Ketua DPD Golkar Ende, Hery Wadhi, Partai Golkar punya sikap jelas, dua nama yang telah dikeluarkan oleh DPP Partai Golkar tidak mungkin dibatalkan kembali, atau dihilangkan salah satunya. Walaupun sikap partai koalisi paket MJ meminta agar Partai Golkar mengusung satu nama (Diponcyber, 19/2/2021).
Di sinilah ruang penyanderaan itu menjadi terbuka. Golkar merasa dirinya berhak mengusulkan dua nama, sedangkan partai lain juga merasa bahwa mereka memiliki hak yang sama untuk mengusulkan nama. Jika tidak ada yang mau mengalah, maka ‘politik tarik ulur’ akan terus berlangsung. Masing – masing akan saling menyandera dengan dalih punya hak yang sama untuk mengusulkan calon.
Sialnya, tidak ada regulasi yang mengatur secara detail mengenai pengusulan nama itu. Undang – undang hanya mengatur bahwa nama yang diusulkan hanya dua orang. Tentang nama itu, silahkan partai koalisi berembuk. Nah, bagaimana bisa berembuk jika masing – masing faksi bertahan pada argumentasi dan sikapnya masing – masing?
Kini masyarakat kabupaten Ende hanya bisa menanti sembari ‘mengelus dada’, berharap para elit politik di tubuh koalisi MJ Jilid II bisa bersikap negarawan dan lebih mengutamakan kepentingan rakyat banyak. Ada banyak persoalan yang menanti penyelesaian, membutuhkan energi ekstra serta kerja sama semua pihak. Bupati Djafar pastinya butuh wakil. Sayangnya elit politik masih sibuk dengan ‘permainan tarik tambang’. Mau bagaimana lagi, mereka adalah orang – orang pilihan kita juga.
Pengamat Sosial Politik, Antonius Tonggo, bahkan dengan sangat keras mengatakan bahwa dinamika politik yang terjadi saat ini akan menjadi pertaruhan bagi para elit politik di tubuh koalisi. “Bila kali ini ternyata diam lagi dan Ende tidak segera punya Wabup terpilih, maka publik Ende harus segera tinggalkan nama-nama elit dari tujuh Parpol yang tergabung di tubuh koalisi MJ Jilid II itu. Mereka sudah tidak punya potensi yang memadai untuk mengelola Kabupaten Ende lagi” (Nusalontar.com, 20/2/2022).
Di tengah konstelasi politik yang carut – marut, simpang siur, bahkan seolah – olah tiada berujung, kita tetap boleh berharap, semoga para elit politik masih punya hati untuk mengedepankan nasib rakyat banyak. Bukan mengedepankan karir politik, posisi partai, apalagi mengedepankan perut sendiri.**
Nusalontar.com*
*** *** ***
*(Perspektif Nusalontar adalah sudut pandang media ini dalam meneropong isu – isu tertentu. Dengan segala keterbatasan, media ini mencoba mengambil posisi berdiri, dan memberi pandangan terhadap isu – isu yang sedang berkembang dan dianggap layak untuk dikomentari – Pemred)