Italia, Euro, dan Koperasi (Mari Belajar dari Italia)*

Bek Italia Giorgio Chiellini (tengah) mengangkat trofi Kejuaraan Eropa selama presentasi setelah Italia memenangkan pertandingan sepak bola final UEFA EURO 2020 antara Italia dan Inggris di Stadion Wembley di London pada 11 Juli 2021(JOHN SIBLEY) via Kompas.com

Esei – NusaLontar.com

Oleh: Roman Rendusara

Bacaan Lainnya

Akhirnya, Timnas Italia sukses meraih gelar juara Piala Eropa sesuai mengalahkan Inggris. Kemenangan tim berkat spirit kehidupan berkoperasi di Italia

Sejarah tentang Hari Koperasi tak terpisahkan dengan Italia. Gagasan untuk merayakan koperasi pertama kali muncul pada 1894 oleh Liga Koperasi Italia. Namun, belum sempat menentukan tanggalnya, Liga Koperasi Italia terpaksa (pernah) dibekukkan oleh rezim kekuasaan pada 1925. Pemerintah Italia menuduh, koperasi telah terlibat dalam kegiatan anti-nasionalis yang bertujuan untuk menumbangkan rezim.

Situasi penolakan ini tidaklah berlaku di Uni Soviet. Lenin justru mengadopsi nilai-nilai koperasi dalam sistem ekonominya. Bagi Lenin, koperasi adalah “propertis sosialis” yang sejati. Ia memproklamirkan gerakan koperasi dalam sistem ekonomi Soviet pada Mei 1923.

Senafas dengan gaung ekonomi Soviet, pada Juli 1923, ICA (International Cooperative Alliance) mendeklarasikan Sabtu pertama di bulan Juli sebagai Hari Koperasi Internasional. Lalu, bukan kebetulan gerakan koperasi Indonesia mengadopsinya menjadi 12 Juli, pada Kongres I Koperasi di Tasikmalaya pada 1947.

Mengapa Italia?

Meski gerakan Koperasi muncul pasca revolusi industri di Inggris, koperasi di Italia berkembang jauh lebih optimal. Koperasi menjadi anak emas dalam sistem ekonominya. Bermula sejak 1850, dibentuk sebuah “Associazione Generale degli Operai” di Torino, sebuah Asosiasi Pekerja, Turin.

Pada 1854, indeks biaya hidup di Italia sangat tinggi sebagai dampak dari kenaikan harga bahan makanan pokok. Kondisi ini mendorong “Associazione Generale degli Operai” membuka gudang pasokan kebutuhan pokok. Tujuannya, membantu kelas pekerja memenuhi pangan dengan harga yang sangat murah.

Sambil menerapkan prinsip koperasi Rochdale di Inggris, asosiasi ini berkembang dan terbuka untuk kalangan pegawai kareta api pada 1864. Ekspansi terus berlanjut. Hingga 35 tahun kemudian, pada 1899 “Associazione Generale degli Operai” ini beramalgamasi dalam “Alleanza Torinese” (Aliansi Turin), yang sukses sampai saat ini.
Gerakan koperasi di Italia sangat sukses sebagai gerakan ekonomi alternatif. Koperasi Italia mampu menyediakan 30,7 persen dari total tenaga kerja (Fondazione Censis, 2012). Koperasi beroperasi di semua sektor ekonomi, antara lain perbankan, asuransi, pertanian, ritel, manufaktur, konstruksi, pemeliharaan, pembersihan, katering, layanan sosial, layanan medis, pariwisata, budaya, dan hiburan. Koperasi memegang pangsa pasar yang besar di beberapa sektor: lebih dari 50 persen di layanan sosial; 33 persen di sektor ritel; 33 persen di asuransi; 25 persen di agribisnis (V. Zamagni, 2017).

Terdapat 250 koperasi dan konsorsium di seluruh Italia dengan omset lebih dari 50 juta euro. Mereka adalah pemimpin pasar di ritel, asuransi, pertanian, konstruksi, manufaktur, pemeliharaan umum, dan layanan sosial (Aliansi Koperasi Italia, 2016).

Belajar dari Italia

Terdapat tiga spirit utama berkoperasi di Italia, pertama, solidaritas. Solidaritas bukan hanya sesama anggota, melainkan membangun kesepemaham bersama. Sistem politik, kerangka legislatif koperasi, dan fungsi dan operasi jaringan koperasi lintas sektoral berkolaborasi sangat apik. Koperasi bukan hanya soal investasi, melainkan promosi akan kolaborasi berbagai elemen, bidang, dan pihak.

Kedua, kepercayaan. Tom Malleson menyebut, perkembangan koperasi Italia-sebagai alternatif demokrasi ekonomi adalah kritik terhadap kepemilikan langsung, monopoli, cara untuk mengarahkan investasi, dan sistem pembagian kekuasaan. Rasa saling percaya memungkinkan ekonomi dikuasai bersama. Muncul komunitas-komunitas yang membentuk investasi bersama, dengan pembagian sisa hasil usaha secara adil. Hanya dengan nilai kepercayaanlah terdorong ruang-ruang kekuasaan dibuka untuk semua kalangan dengan cara-cara yang demokratis.

Ketiga, inovasi. Koperasi di Italia senantiasa berinovasi. Inovasi dilakukan dalam berbagai bentuk. Mereka telah membangun kemitraan publik-swasta. Alih sumber daya (outsourcing) dan pelayanan kepada anggota dikembangkan searah kemajuan zaman. Daya inovasi memungkinkan koperasi di Italia memenangi berbagai krisis keuangan. Koperasi membawa ketahanan ekonomi Italia hingga kini.

Italia, Sang Juara Euro 2020

Sejak babak penyisihan grup, saya sudah memprediksi tim yang masuk final. Antara Inggris dan Italia. Ini terbukti. Kemudian, awalnya saya belum memilih tim yang akan juara.

Saya dilema. Alasannya, bulan Juli adalah bulan gerakan koperasi internasional. Cikal-bakal munculnya koperasi itu dari Inggris, pasca Revolusi Industri, baru kemudian berkembang di Italia dan melebarkan sayap juga ke Amerika. Pilihan lain, laga final jatuh tepat pada Harkopnas 12 Juli 2021, maka saya memprediksi Italia. Sebab dari sanalah, gagasan Hari Koperasi pertama kali disampaikan.

Saya hakul yakin, ini bukan kebetulan semata. Sebab, yang pertama, pasukan Gli Azzurri sangat konsisten menerapkan solidaritas dalam manajemen tim. Solidaritas sudah terbangun antar-pemain, “official team”, dukungan pemerintah, dan masyarakatnya.

Kedua, kepercayaan menjadi spirit dasar permaian. Penguasaan bola bukan dimonopoli oleh seorang pemain tertentu. Aliran bola mengalir dari kaki ke kaki. Itu karena saling percaya. Emerson sangat percaya, Jorginho bisa menerima aliran bola darinya, untuk diteruskan ke Insigne. Demikian juga Mancini-sang pelatih, sangat percaya dengan kemampuan Bonucci untuk menjaga  kepercayan diri tim.

Ketiga, tim Gli Azzurri selalu mengembangkan inovasi. Selalu muncul pola permainan baru dalam setiap pertandingan. Taktik ini sangat sulit ditebak lawan. Meski kondisi ketertinggalan gol, inovasi terus diproduksi. Termasuk, ketika Leonardo Bonucci (pemain belakang) mencetak gol balasan di hadapan gawang lawan, sebuah skema serangan yang tak terpatahkan.

Akhirnya, Timnas Italia sukses meraih gelar juara Piala Eropa sesuai mengalahkan Inggris. Gli Azzurri terakhir kali mengangkat trofi juara Euro terjadi 53 tahun lalu tepatnya pada Euro 1968. Sebuah perjalanan panjang untuk mengukir kembali sejarah.

Semoga Koperasi di Tanah Air perlu belajar dari spirit koperasi dan sepak bola di Italia. Selamat Harkopnas ke-74!**

*Artikel ini juga tayang di Kompasiana

 

Pos terkait